Rabu, 5 November 2025

Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III 2025 Diperkirakan Tetap di Kisaran 5 Persen, Berikut Faktornya

Realisasi belanja pemerintah hingga September baru mencapai 59,7 persen dari target tahunan, dibandingkan 64,7 persen pada 2024.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
PERTUMBUHAN EKONOMI - Suasana pemukiman dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta. Perekonomian Indonesia akan tetap di kisaran 5 persen pada kuartal ketiga (Q3) 2025, relatif tidak berubah dibandingkan periode sebelumnya. 

Impor barang modal, yang menjadi indikator aktivitas proyek, tumbuh 32,5 persen (yoy) pada Kuartal II, tetapi melambat menjadi sekitar 11,2 persen pada Juli–Agustus. Pertumbuhan kredit perbankan juga melemah ke 7,6 persen.

Meski demikian, data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi naik 13,9 persen secara tahunan pada kuartal ketiga, dipimpin oleh sektor pusat data, logistik, dan infrastruktur digital.

"Investasi masih menjadi jangkar pertumbuhan, namun momentumnya mulai menurun,” ujar Gundy.

“Arus investasi ke sektor jasa dan digital memang positif, tetapi tahap berikutnya perlu difokuskan pada revitalisasi sektor industri agar daya saing jangka panjang tetap terjaga," sambungnya.

Sisi Eksternal

Dari sisi eksternal, neraca perdagangan disebut terus menjadi bantalan penting bagi stabilitas ekonomi.

Surplus perdagangan mencapai 5,49 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada Agustus, tertinggi sejak awal 2024.

Kinerja ekspor masih didukung oleh permintaan yang stabil dari pasar utama serta harga komoditas yang relatif kuat, terutama minyak sawit mentah (CPO).

Surplus yang berkelanjutan ini turut membantu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memperkuat cadangan devisa, sehingga menopang ketahanan makroekonomi Indonesia.

"Kombinasi kebijakan moneter dan fiskal tetap terjaga dengan baik. Pelonggaran moneter Bank Indonesia menjaga likuiditas tanpa menimbulkan gejolak arus modal," kata Gundy.

"Sementara pengelolaan fiskal yang disiplin memberi ruang bagi stimulus yang lebih terarah. Sinergi ini menopang pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan,” jelasnya.

Prasasti pun menilai bahwa perekonomian Indonesia berada pada jalur yang stabil dan terukur, tidak terlalu panas dan tidak terlalu melemah.

Potensi kenaikan pertumbuhan bergantung pada percepatan realisasi belanja fiskal serta investasi yang berkelanjutan pada kuartal keempat, sementara risiko utama berasal dari kehati-hatian rumah tangga serta pemulihan kredit yang masih lambat.

“Untuk saat ini, laju pertumbuhan sekitar 5 persen dinilai tetap kokoh dan mencerminkan ketahanan fundamental ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yang belum menentu,” katanya. 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved