Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dolar AS pada September 2025
Komoditas penyumbang surplus sepanjang Januari hingga September diantaranya lemak dan minyak hewani atau nabati sebesar 25,14 miliar dolar AS.
Ringkasan Berita:
- Neraca dagang Indonesia mencatat surplus selama 65 bulan berturut-turut.
- Neraca perdagangan secara kumulatif sepanjang Januari hingga September 2025 tercatat surplus sebesar 33,48 miliar dolar AS.
- Surplus pada September 2025 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non migas yaitu sebesar 5,99 miliar dolar AS.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus sebesar 4,34 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Neraca perdagangan barang ialah selisih antara nilai ekspor dan impor barang dalam periode tertentu. Jika surplus, berarti negara menjual lebih banyak barang ke luar negeri daripada membeli.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini mengatakan, neraca dagang Indonesia mencatat surplus selama 65 bulan berturut-turut.
"Surplus pada September 2025 ini lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non migas yaitu sebesar 5,99 miliar dolar AS, dengan komoditas penyumbang surplus utamanya adalah lemak dan minyak hewan atau nabati HS15, kemudian bahan bakar mineral atau HS27, serta besi dan baja atau HS72," ujar Pudji dalam rilis BPS, Senin (3/11/2025).
Baca juga: Penurunan Tarif Resiprokal Jadi 19 Persen Dinilai Sebagai Strategi AS Seimbangkan Neraca Perdagangan
Pudji menyatakan, pada saat yang sama neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit 1,64 miliar dolar AS, dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.
Adapun neraca perdagangan secara kumulatif sepanjang Januari hingga September 2025 tercatat surplus sebesar 33,48 miliar dolar AS.
"Surplus sepanjang Januari hingga September 2025 ini ditopang oleh surplus komoditas non migas yaitu sebesar 47,20 miliar dolar AS. Sementara komoditas migas masih mengalami defisit 13,71 miliar dolar AS," kata Pudji.
Berdasarkan data BPS, komoditas penyumbang surplus sepanjang Januari hingga September diantaranya lemak dan minyak hewani atau nabati sebesar 25,14 miliar dolar AS.
Bahan bakar mineral sebesar 20,15 miliar dolar AS, besi dan baja senilai 14,11 miliar dolar AS, nikel dan barang daripadanya 6,50 miliar dolar AS dan alas kaki sebesar 5,41 miliar dolar AS.
Sedangkan komoditas penyumbang defisit yakni serelia, instrumen optik fotografi sinematografi dan medis, plastik dan barang dari plastik, mesin dan perlengkapan elektrik, serta mesin dan peralatan mekanis.
Sementara itu nilai ekspor RI hingga September 2025 tembus 209,80 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Total nilai ekspor sepanjang Januari hingga September mengalami kenaikan 8,14 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar 194,01 miliar dolar AS.
Peningkatan ekspor disumbang oleh sektor industri pengolahan dengan andil sebesar 12,58 persen.
Sedangkan nilai impor Indonesia sepanjang Januari hingga September 2025 tercatat sebesar 176,32 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Total nilai impor hingga September 2025 naik 2,62 persen dibandingkan tahun 2024 sebesar 171,82 miliar dolar AS.
Peningkatan nilai impor sepanjang September ini disumbang oleh impor barang modal sebesar 3,63 persen.
| 4 Ton Bunga Pala dari Maluku Utara Diekspor ke India |
|
|---|
| Permintaan Nasional Masih Lesu, Industri Semen Optimalkan Pasar Ekspor |
|
|---|
| Kemenperin Sebut Banjir Impor Tekstil Lebih Banyak Terjadi di Hilir, Ini Biang Keroknya |
|
|---|
| Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III 2025 Diperkirakan Tetap di Kisaran 5 Persen, Berikut Faktornya |
|
|---|
| Mensos dan BPS Pastikan Pemutakhiran Data Bansos Tambahan Tepat Sasaran untuk 35 Juta KPM |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.