Minggu, 23 November 2025

Transisi Energi Disebut Perlu Penyelarasan Kebijakan dan Teknologi Memumpuni

Dalam RUPTL menetapkan hampir 3 GW proyek pembangkit listrik mesin gas (PLTMG) baru pada periode 2025–2034.

|
Istimewa
TRANSISI ENERGI - Fabby Tumiwa, CEO Institute for Essential Services Reform (IESR) menyoroti tantangan dan peluang energi baru dan terbarukan. 
Ringkasan Berita:
  • Perlu ada teknologi yang mampu menjembatani kebutuhan energi saat ini dengan masa depan yang berbasis energi terbarukan.
  • Indonesia sangat membutuhkan solusi pembangkit yang dapat naik-turun daya dengan cepat.
  • Dalam RUPTL menetapkan hampir 3 GW proyek pembangkit listrik mesin gas (PLTMG) baru pada periode 2025–2034.
 
 

 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Transisi energi Indonesia disebut memerlukan penyelarasan kebijakan yang berani.

Selain itu, perlu ada teknologi yang mampu menjembatani kebutuhan energi saat ini dengan masa depan yang berbasis energi terbarukan.

CEO Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa fleksibilitas dan keandalan tetap menjadi inti dari strategi energi nasional.

"Untuk mempercepat integrasi energi terbarukan, Indonesia sangat membutuhkan solusi pembangkit yang dapat naik-turun daya dengan cepat, menstabilkan jaringan, dan memastikan keandalan di sistem kepulauan kita yang beragam," papar Fabby saat Energy Transition Roundtable, dikutip Jumat (21/11/2025).

Baca juga: Rusli Habibie Desak Pemerintah Percepat Eksekusi Transisi Energi Sesuai RUPTL 2025–2034

Menyikapi hal itu, perusahaan teknologi Wärtsilä mendukung percepatan transisi energi dan transformasi digital di Indonesia.

Pada Energy Transition Roundtable, Wärtsilä mengundang pemerintah, pelaku utilitas, akademisi, dan para pemimpin industri untuk membahas strategi penguatan ketahanan jaringan listrik seiring meningkatnya pemanfaatan energi terbarukan dan melonjaknya permintaan listrik.

Diskusi berfokus pada integrasi energi terbarukan, fleksibilitas jaringan, penyelarasan kebijakan, serta peningkatan kebutuhan energi untuk mendukung ekonomi digital Indonesia yang terus tumbuh, termasuk pusat data berbasis AI.

Dalam RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) menetapkan hampir 3 GW proyek pembangkit listrik mesin gas (PLTMG) baru pada periode 2025–2034.

“Fleksibilitas telah menjadi atribut paling krusial dalam sistem tenaga listrik modern,” ujar Energy Business Director, Australasia, Wärtsilä Energy, Kari Punnonen.

“Teknologi fleksibel seperti mesin diperlukan untuk memungkinkan peningkatan penggunaan energi terbarukan tanpa mengorbankan keandalan," sambungnya.

Ia menyampaikan, mesin Wärtsilä dapat menyala dan mencapai beban penuh dalam waktu kurang dari dua menit, serta telah dirancang untuk masa depan dengan kemampuan beroperasi menggunakan bahan bakar berkelanjutan seperti hidrogen.
 
 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved