Selasa, 12 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Algoritma TikTok Bikin Gerah AS, Tagar StandwithPalestine Tembus 3 Miliar, Apa Artinya?

Menurut data dari pusat pembuat TikTok, #StandwithPalestine mencapai hampir 3 miliar tayangan

Gabby Jones/Bloomberg
Aplikasi TikTok dinilai rentan disusupi propaganda dan kepentingan politik apapun. 

Menurut data TikTok, tagar #StandwithPalestine paling populer di Malaysia, diikuti oleh Pakistan, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Qatar.

Adapun tagar #StandwithIsrael paling populer di Israel, diikuti oleh Malaysia, Yunani, Lituania, dan Kroasia.

Pihak TikTok sudah menegaskan, tidak mengizinkan konten berbau terorisme di platformnya.

Laporan Axios, mengutip juru bicara TikTok yang dikonfirmasi, menyebut platform tersebut menganggap Hamas sebagai kelompok teroris dan dilarang tayang.

"TikTok menganggap dirinya sebagai platform hiburan dan memilih untuk tidak menjadi tujuan berita dan politik, namun data hashtag menunjukkan percakapan dan advokasi politik global sering terjadi di aplikasi milik Tiongkok tersebut," tulis laporan Axios.

Potensial Jadi Alat Propaganda dan Disusupi Kepentingan Politik

Gambaran besarnya dari sajian data tersebut adalah, meskipun TikTok bukan alat untuk memahami perspektif global seputar perang, hal ini memberikan gambaran unik tentang bagaimana pengguna muda di TikTok berinteraksi dengan postingan tentang konflik tersebut.

Menurut data TikTok, 87 persen penonton untuk postingan #StandwithPalestine berusia di bawah 35 tahun, dibandingkan dengan 66% penonton untuk postingan #StandwithIsrael.

TikTok mengatakan mereka memiliki lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan.

Aplikasi ini dilarang di negara-negara tertentu, termasuk India, yang tahun ini melampaui Tiongkok sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.

Terlepas dari konten terkait perang, TikTok dikhawatirkan rentan disusupi kepentingan politik apapun.

Nuurrianti Jalli, asisten profesor Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Seni dan Ilmu Pengetahuan Departemen Bahasa, Sastra, dan Ilmu Komunikasi Northern State University memberikan pemahamannya terkait betapa strategisnya TikTok menjadi alat propaganda, khususnya pada negara-negara yang bersiap menggelar pemilihan umum seperti Indonesia.

"Selama bertahun-tahun, penggunaan cybertroopers secara strategis di negara-negara Asia Tenggara sangat menonjol, terutama selama masa pemilu. Para aktor politik berupaya mempengaruhi opini publik melalui Facebook, Twitter, dan YouTube untuk mendorong narasi politik guna menggalang lebih banyak pendukung di wilayah tersebut. Kini, TikTok, sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh di Asia Tenggara, akan menjadi alat strategis baru bagi para propagandis untuk mendorong narasi politik selama masa pemilu," ungkap Jalli dilansir The Conversation dan dimuat di The Jakarta Post.

Menurut dia, TikTok menyediakan fitur unik yang memungkinkan propaganda menjangkau masyarakat lebih luas, karena model berbagi kontennya lebih baru dibandingkan pendahulunya, yang tidak bergantung pada jumlah pengikut namun fokus pada konten itu sendiri.

Fitur yang dimaksud adalah “for your page”. Fitur tersebut dapat dibilang cukup unik karena mereka bisa menjangkau publik lebih luas lagi dengan berbagai konten tanpa fokus dengan jumlah pengikut. 

“Artinya, siapa pun yang dapat membuat konten menarik akan membuka pintu peluang untuk mendorong narasi politik dengan membuat konten audio-visual yang menarik,” kata Jalli.

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan