Konflik Rusia Vs Ukraina
Operasi Jaring Laba-Laba: Ukraina Tiru Metode Kartel Narkoba untuk Selundupkan Drone ke Rusia
Kepala SBU kembali membanggakan operasi besar militer Ukraina, Operasi Jaring Laba-Laba, yang mengakibatkan kerugian serius di pihak Rusia.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Perancang serangan "Operasi Jaring Laba-Laba" Ukraina mengaku, mengambil pelajaran dari metode kerja kartel narkoba untuk merencanakan penyelundupan drone ke Rusia.
Pernyataan itu disampaikan oleh Vasyl Malyuk, Kepala Dinas Keamanan Dalam Negeri Ukraina, dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Selasa (12/8/2025).
Mengutip globalsecurity.org, Dinas Keamanan Ukraina (Sluzhba Bespeky Ukrayiny, atau SBU) adalah lembaga penegak hukum yang bertanggung jawab untuk melindungi keamanan negara Ukraina.
Badan ini bertanggung jawab atas keamanan negara (termasuk tugas-tugas polisi rahasia), keamanan eksternal dan intelijen non-militer, kontraintelijen, kejahatan terhadap negara dan rakyat (kontraterorisme, penyelundupan, perdagangan senjata, dll.), serta keamanan pribadi Presiden, Verkhovna Rada (Parlemen), dan pejabat serta lembaga lainnya.
Sementara itu, Operasi Jaring Laba-Laba merupakan misi penyelundupan ratusan quadcopter militer secara diam-diam untuk masuk jauh ke belakang garis depan Rusia.
Operasi ini dilaksanakan pada 1 Juni 2025 lalu, dengan melibatkan sekitar 117 drone Ukraina.
Dalam persiapan operasi tersebut, Militer Ukraina mengangkut drone menggunakan struktur mirip rumah kayu yang dipasang di atas truk.

Truk-truk tersebut, kemudian dibawa ke empat pangkalan udara, tempat drone diluncurkan untuk menghancurkan pesawat pengebom strategis Rusia serta pesawat peringatan dini dan kendali.
"Berbicara soal logistik, perlu saya catat bahwa kami memanfaatkan pengalaman kami dalam memerangi kejahatan transnasional, termasuk mempelajari secara detail bagaimana kartel narkoba internasional mengirimkan berbagai zat terlarang ke seluruh dunia tanpa terdeteksi oleh otoritas bea cukai dan perbatasan," kata Malyuk kepada saluran TV Ukraina My-Ukrainia.
Malyuk juga menyinggung serangan rahasia sebelumnya pada Oktober 2022, ketika Ukraina sukses merusak jembatan yang dikuasai Rusia di Krimea menggunakan truk berisi bahan peledak.
"Jika Anda membaca yang tersirat dan melihatnya secara profesional, saya rasa banyak yang memperhatikan kesamaan tertentu dengan serangan pertama ke jembatan Krimea," ujarnya.
Baca juga: Serangan Drone Operasi Jaring Laba-laba Ukraina Kirim Pesan Penting, Rusia Rugi Rp 114 Triliun
Ia mengatakan bahwa dalam kedua operasi tersebut, Ukraina tidak menggunakan jasa penyelundup, melainkan memanfaatkan kelemahan petugas bea cukai Rusia.
"Pada dasarnya, mereka (petugas bea cukai Rusia) sangat korup," kata Malyuk.
"Pada titik tertentu, mereka justru menguntungkan kami dengan mengizinkan kabin-kabin yang saya sebutkan tadi masuk."
Menurutnya, Ukraina melalui agen-agennya di Rusia mendirikan perusahaan logistik yang membeli lima kendaraan dan menyewa gudang untuk operasi tersebut.
Salah satu gudang bahkan berada di blok kota yang sama dengan markas besar Dinas Keamanan Federal Rusia di wilayah Chelyabinsk.
Dinas Keamanan Federal Federasi Rusia (FSB) adalah badan intelijen dan keamanan domestik utama Rusia.
FSB bertanggung jawab atas kontraintelijen, keamanan internal dan perbatasan, kontraterorisme, dan fungsi-fungsi terkait lainnya, mengutip situs resminya.
Malyuk menambahkan, perusahaan logistik buatan itu mempekerjakan warga negara Rusia sebagai sopir truk, mengirim mereka untuk beberapa pekerjaan pengiriman rutin terlebih dahulu, guna menghindari kecurigaan sebelum melancarkan serangan.
Para sopir hanya diperintahkan untuk mengantarkan kabin dekat pangkalan udara, setelah itu pelanggan akan datang dan membayarnya.
Mereka tidak diberi tahu mengenai isi kabin tersebut.
Malyuk mengatakan, ketika salah satu sopir secara tidak sengaja melihat drone di dalam kabin, agen Ukraina mengatakan kepadanya bahwa itu adalah perangkat berburu untuk mengamati hewan.
Ia juga mengungkapkan bahwa timnya semula berencana melancarkan serangan pada Mei, namun mengalami sejumlah penundaan, termasuk masalah sopir yang mabuk selama liburan Paskah.
Menurut Malyuk, setiap kabin yang terpasang di truk dilengkapi panel surya dan baterai untuk menjaga drone tetap terisi daya dan siap digunakan bahkan dalam cuaca dingin.
"Tetapi hal itu sekaligus menciptakan tantangan tambahan untuk membawa kabin-kabin ini ke wilayah Federasi Rusia, karena jenis barang tersebut dilarang masuk akibat sanksi," jelasnya.
Kepala Dinas Keamanan menolak memberikan rincian lebih lanjut mengenai proses penyelundupan, namun menyebut timnya telah melewati "tujuh lingkaran neraka."
Baca juga: Cara Tentara Ukraina Berlatih Jatuhkan Bom dengan Drone: Menggunakan Balon Air
Ia menambahkan, Ukraina telah merancang drone serang khusus untuk Operasi Jaring Laba-Laba, yang masing-masing drone mampu membawa muatan 1,6 kg.
Pejabat Ukraina mengatakan, serangan tersebut berhasil menghantam sekitar sepertiga kapasitas pesawat pengebom strategis Rusia, menimbulkan kerusakan peralatan senilai sekitar 7 miliar dolar AS (Rp114,36 triliun).
Sejak itu, citra satelit menunjukkan Rusia mulai membangun tempat perlindungan yang diperkuat untuk pesawat-pesawat pengebomnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Ukraina juga meningkatkan serangan drone jarak jauh menggunakan sistem sayap tetap tanpa awak.
Kerugian Rusia
Mengutip Moscow Times, Ukraina mengeklaim, telah menimbulkan kerusakan yang signifikan dari operasi tersebut.
Sebuah sumber di Dinas Keamanan (SBU) Ukraina mengatakan, serangan terkoordinasi tersebut menghantam 41 pesawat yang digunakan untuk mengebom kota-kota Ukraina.
Pesawat yang dimaksud termasuk pesawat pengebom strategis Tu-95 dan Tu-22, serta pesawat deteksi radar dan komando A-50.
Jika terkonfirmasi, kerusakan pada satu unit A-50 akan menjadi kemenangan terbesar bagi Ukraina, mengingat pesawat ini digunakan Rusia untuk mengoordinasikan jet tempur dan mendeteksi rudal pertahanan udara Ukraina.
Rusia tidak lagi memproduksi pesawat Tu-95MS maupun Tu-22M3, yang diduga termasuk di antara pesawat yang terkena serangan drone.
Bersama Tu-160, pesawat pengebom jarak jauh ini mampu membawa hingga 16 rudal jelajah dengan jangkauan lebih dari 2.000 kilometer.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memuji hasil operasi tersebut, menyebutnya sebagai operasi jarak jauh terbesar dalam lebih dari tiga tahun perang.
Sejak operasi itu, citra satelit menunjukkan Rusia mulai membangun tempat perlindungan yang diperkuat untuk pesawat-pesawat pengebomnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Ukraina juga meningkatkan serangan drone jarak jauh menggunakan sistem sayap tetap tanpa awak.
Perang Rusia-Ukraina
Perang Rusia-Ukraina dimulai sejak 24 Februari 2022, ketika Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina.
Mengutip Parliament.uk, Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut operasi ini sebagai “operasi militer khusus” untuk melindungi rakyat Donbas dan “mendemiliterisasi serta denazifikasi Ukraina”.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1.267, Putin Telepon Kim Jong Un sebelum Temui Trump
Ia membantah adanya niat untuk menduduki wilayah Ukraina.
Namun, selama tiga tahun terakhir, Rusia terus melancarkan serangan besar-besaran, termasuk menargetkan infrastruktur sipil penting.
Total korban diperkirakan mencapai ratusan ribu dari kedua belah pihak, meski angkanya tidak bisa diverifikasi secara resmi.
Pada Oktober 2022, Rusia menandatangani perjanjian aneksasi terhadap Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia, meski wilayah-wilayah itu belum sepenuhnya berada di bawah kendali mereka.
Ukraina tetap bertekad merebut kembali seluruh wilayahnya, termasuk Krimea yang telah dianeksasi Rusia sejak 2014.
Namun, hingga kini, upaya diplomatik belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Sumber: TribunSolo.com
Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia
Ukraina
Operasi Jaring Laba-laba
kartel narkoba
drone
Vasyl Malyuk
Volodymyr Zelensky
Konflik Rusia Vs Ukraina
Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1.266, Trump: Putin-Zelensky Harus Tukar Tanah untuk Damai |
---|
Mengenal Sistem Nuklir Dead Hand Rusia yang Bikin Amerika Panik: Kiamat Bagi Negara Penyerang |
---|
Rudal 'Satan II' Rusia: Fakta Penting Tentang RS-28 Sarmat: Rudal Nuklir Paling Mematikan di Dunia |
---|
18 Tentara Rusia Tewas, Ukraina: Bezsalivka di Sumy Kami Rebut dan Kuasai Sepenuhnya |
---|
Dubes AS: Zelensky Bakal Nimbrung Pertemuan Trump-Putin di KTT Alaska, Perdamaian Jadi Topik Utama |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.