Jumat, 31 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Dari Kenya hingga Kuba, Intel Rusia Rekrut Tentara Asing dengan Iming-iming Uang dan Kewarganegaraan

Rusia telah berulang kali dituduh menipu warga negara dari negara-negara miskin agar menandatangani kontrak dengan militernya

Alexander Reka / TASS
REKRUT TENTARA ASING - Seorang tentara Rusia di garis depan di Ukraina. Rusia dilaporkan merekrut personel militer dari negara lain untuk membantu mereka berperang melawan Ukraina. 

Dari Kenya hingga Kuba, Intel Rusia Rekrut Tentara Asing dengan Iming-iming Uang dan Kewarganegaraan

TRIBUNNEWS.COM - Rusia dilaporkan menggunakan spesialis perekrut warga negara asing untuk dijadikan tentara mereka dalam perang melawan Ukraina.

Satu di antara negara yang menjadi sasaran perekrutan Rusia adalah Kenya, negara di Afrika.

"Warga Kenya telah "dibujuk" oleh perekrut untuk berperang untuk Rusia di Ukraina," kata Kementerian Luar Negeri Kenya dalam sebuah pernyataan Senin (27/10/2025).

Baca juga: NATO: Rusia Sedang Bangun Markas Nuklir Terbesar di Dunia di Kutub Utara yang Mengarah ke Amerika

Banyak warga negara Kenya yang akhirnya ditahan di kamp-kamp militer di seluruh Rusia, kata pernyataan yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Kenya, Musalia Mudavadi.

Tidak disebutkan jumlah pasti para rekrutan tersebut, maupun berapa banyak yang ditahan atau terluka.

Kementerian Luar Negeri Kenya mengatakan pihaknya mengadakan "pertemuan penting" bulan lalu dengan pejabat Rusia untuk membantu mengamankan pembebasan dan pemulangan mereka.

"Warga Kenya "dibujuk oleh agen-agen yang korup dan kejam untuk pergi ke Rusia dan tanpa sadar mendapati diri mereka terlibat dalam operasi militer Rusia," kata Kementerian Luar Negeri Kenya.

"Sistem ini telah diperumit oleh agen-agen yang menyamar bekerja sama dengan Pemerintah Rusia dan menggunakan metode-metode yang tidak bermoral, termasuk informasi palsu, untuk memikat warga Kenya yang tidak bersalah ke medan perang," tambahnya.

Rusia telah berulang kali dituduh menipu warga negara dari negara-negara miskin agar menandatangani kontrak dengan militernya, yang ditulis dalam bahasa Rusia, yang tidak mereka pahami.

Kemiskinan tersebar luas di Kenya dan kesempatan kerja sangat minim.

Media lokal telah melaporkan jaringan perekrutan Rusia yang menargetkan pemuda miskin, banyak yang mengklaim bahwa mereka ditipu atau ditekan untuk bertarung begitu mereka tiba.

Minggu ini, surat kabar The Nation mewawancarai seorang mantan tentara Kenya yang secara sukarela bergabung dengan pasukan tentara bayaran Rusia.

Kementerian Luar Negeri mengatakan Kenya masih berkomitmen untuk menandatangani perjanjian ketenagakerjaan dengan Rusia yang bertujuan memberikan warga Kenya akses ke "peluang kerja yang sesungguhnya di Rusia."

Seorang tentara Rusia di garis depan di Ukraina
REKRUT TENTARA ASING - Seorang tentara Rusia di garis depan di Ukraina. Rusia dilaporkan merekrut personel militer dari negara lain untuk membantu mereka berperang melawan Ukraina.

WN Kuba Juga Jadi Sasaran

Selain negara-negara Afrika, warga negara Amerika Latin rupanya juga menjadi sasaran perekrutan perekrut Rusia.

"Perekrut yang bermarkas di Rusia menargetkan warga negara Kuba secara daring untuk perang di Ukraina, menjanjikan kontrak militer yang menguntungkan, bantuan relokasi ke Rusia dan bahkan kewarganegaraan bagi mereka dan keluarga mereka," menurut penyelidikan TMT

Kuba dan Rusia sebenarnya adalah negara yang bersekutu.

Hanya, hubungan baik itu sedikit terganggu saat pada September silam otoritas Kuba mengumumkan kalau mereka telah mengidentifikasi dugaan jaringan perdagangan manusia yang bertujuan merekrut warga negaranya untuk berperang untuk Rusia di Ukraina

"TMT menemukan beberapa grup media sosial tempat pria Kuba direkrut untuk berperang di Ukraina," kata media yang kritis terhadap pemerintahan Rusia tersebut..

Dalam laporannya, TMT menyebut, pada satu grup Facebook bernama Cubanos en Moscú (Warga Kuba Moskow), mayoritas unggahan yang mengiklankan dinas kontrak militer di Rusia dibuat oleh seorang wanita bernama Elena Shuvalova. 

"Shuvalova menulis kalau warga negara Kuba dapat menandatangani kontrak satu tahun dengan tentara Rusia, dengan tawaran penghasilan bulanan sebesar 204.000 rubel ($2.090). Seorang rekrutan juga dapat memperoleh kewarganegaraan Rusia untuk dirinya dan keluarganya," tulis laporan TMT

Unggahan tersebut mencatat bahwa bahkan seseorang dengan paspor yang kedaluwarsa atau hilang dapat mendaftar — mereka hanya perlu memberikan foto dan surat imigrasi.

Shuvalova mengonfirmasi kalau dia dapat membantu orang asing di Rusia, termasuk imigran ilegal, menandatangani kontrak dengan militer.

"Kalau kamu nggak punya paspor, tapi punya foto, itu sudah bagus. Tapi kalaupun nggak punya foto, kita bisa tanda tangan [kontrak]," ujarnya.

Shuvalova, yang berbicara bahasa Spanyol, menambahkan bahwa dia telah memfasilitasi beberapa perjalanan warga Kuba ke garis depan di Ukraina

“[Kontraktor] mendapatkan penghasilan, dan penghasilan yang lumayan. Semua orang ingin segera menyewa apartemen mewah. Tapi jika perlu, dalam beberapa minggu pertama sebelum gajian tiba, kami bisa membantu memindahkan keluarga ke suatu tempat dan memberi mereka makan.”

Shuvalova mengatakan hal itu membantu calon rekrutan secara gratis. Ketika ditanya apakah ia bekerja untuk Kementerian Pertahanan Rusia, ia menolak menjawab.

Salah satu anggota grup Facebook Cubanos en Moscú, yang mengunggah foto dirinya mengenakan seragam militer Rusia, mengatakan bahwa Shuvalova adalah orang yang ia hubungi untuk bergabung bertempur di Ukraina

“Pembayaran harian tanpa komisi, [dan] perusahaan mengurus masalah visa,” tulisnya. 

Shuvalova juga membagikan iklan perekrutan tenaga kerja asing di situs web media sosial populer Rusia, VKontakte.

Dalam profilnya di situs web tersebut, foto-foto yang disertai simbol Z pro-perang menunjukkan bahwa ia mendukung invasi Moskow ke Ukraina.

Demikian pula, sejumlah grup yang ia ikuti menunjukkan bahwa ia tinggal di wilayah Ryazan, Rusia tengah. 

Pada bulan Mei, sebuah media berita lokal di wilayah Ryazan menerbitkan foto-foto beberapa warga Kuba yang pergi berperang di Ukraina.

Mereka menyatakan harapan untuk mendapatkan kewarganegaraan Rusia.

Dua pria Kuba yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan kalau mereka ingin bertugas di militer Rusia, tetapi masih menunggu tanggapan dari perekrut tentara.

“Saya tahu mereka membayar dengan sangat baik, dan itu cara yang bagus untuk menghasilkan banyak uang dengan cepat,” kata salah satu pria itu. 

"Mereka membayar mahal, dan saya butuh uang. Saya mungkin akan tinggal di Rusia nanti," tambah yang lain. 

Seorang penerjemah bahasa Spanyol yang bekerja erat dengan diaspora Kuba di Rusia mengonfirmasi bahwa militer telah merekrut orang-orang dari Kuba

"Banyak anak muda datang langsung dari Kuba untuk mencari uang di sini. Mereka bukan warga Kuba lokal. Mereka tidak tinggal di Moskow — mereka langsung menandatangani kontrak dan kemudian pergi berperang," kata penerjemah tersebut.

"Lalu mereka menghilang. Kerabat mereka berusaha mencari mereka melalui diaspora Kuba atau media sosial. Tapi kami tidak ada hubungannya dengan ini. Kemungkinan besar, mereka sudah terbunuh."

Iming-iming Uang dan Kewarganegaraan

Kuba termasuk dalam sekelompok kecil negara yang mempertahankan hubungan dekat dengan Rusia setelah invasi Ukraina pada Februari 2022. 

Pada musim gugur 2022, Presiden Vladimir Putin menandatangani perintah yang menurunkan masa minimum dinas militer kontrak bagi warga negara asing dari lima tahun menjadi hanya satu tahun.

Pada saat yang sama, warga negara asing yang menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan ditawarkan jalur cepat untuk mendapatkan kewarganegaraan. 

Menurut intelijen Inggris, otoritas Rusia baru-baru ini menggandakan upaya untuk merekrut warga negara tetangga untuk berperang di Ukraina

Para analis mengatakan bahwa iklan daring muncul di Armenia dan Kazakhstan dengan tawaran untuk bergabung dengan dinas kontrak di militer Rusia pada akhir Juni.

Para "sukarelawan" dijanjikan pembayaran sekaligus sebesar 495.000 rubel ($5.050) dan gaji bulanan sebesar 190.000 rubel ($1.940).

Seorang perwira senior di militer Rusia yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan kepada The Moscow Times Rusia bahwa ia terkejut dengan jumlah batalyon yang direkrut secara internasional yang bertempur di Ukraina

"Ada orang Kuba, ada orang Serbia. Mereka kurang lancar berbahasa Rusia, dan itu bukan satu-satunya masalah. Tidak jelas bagaimana cara bekerja dengan mereka," kata petugas itu.

"Dan mereka bukan [dari] perusahaan militer swasta. Mereka semua dikontrak oleh Kementerian Pertahanan," tambahnya.

Namun, para ahli meragukan peran pejuang asing di tentara Rusia.

Menurut pakar militer Rusia Pavel Luzin, pihak berwenang mengurangi jangka waktu kontrak minimum menjadi satu tahun dengan harapan dapat menarik lebih banyak warga negara asing untuk bertugas di tentara Rusia — tetapi kenyataannya tidak banyak yang berubah.  

“[Tentu saja] jumlahnya tidak puluhan ribu [personel militer asing],” kata Luzin.
 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved