Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
Shutdown Pemerintah AS Tembus 40 Hari, Ribuan Penerbangan Batal dan Ditunda
Shutdown terpanjang dalam sejarah AS lumpuhkan penerbangan di seluruh negeri, ribuan jadwal dibatalkan akibat kekurangan staf FAA.
Ringkasan Berita:
- Shutdown pemerintahan AS yang memasuki hari ke-40 menyebabkan kekacauan besar di sektor penerbangan.
- Lebih dari 1.500 penerbangan dibatalkan dan ribuan lainnya tertunda akibat kekurangan staf pengatur lalu lintas udara yang bekerja tanpa gaji.
- Krisis ini juga berdampak pada ekonomi dan perjalanan liburan, sementara kebuntuan politik di Washington membuat shutdown terpanjang dalam sejarah AS terus berlanjut.
TRIBUNNEWS.COM – Penutupan sebagian pemerintahan Amerika Serikat (shutdown) yang memasuki hari ke-40 berdampak luas pada sektor penerbangan.
Lebih dari 1.500 penerbangan di seluruh negeri dibatalkan pada Sabtu (8/11/2025), sementara ribuan lainnya mengalami penundaan.
Menurut situs pelacakan penerbangan FlightAware, jumlah pembatalan meningkat dari 1.025 penerbangan pada hari sebelumnya.
Tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga Minggu, dengan lebih dari 1.000 pembatalan tambahan sudah tercatat.
Badan Penerbangan Federal (FAA) mengatakan krisis ini dipicu kekurangan staf pengatur lalu lintas udara yang belum menerima gaji selama berminggu-minggu akibat shutdown.
Kondisi tersebut memengaruhi operasional di 42 menara kontrol dan sejumlah pusat komando udara di kota besar seperti Atlanta, New York, Chicago, dan San Francisco.
Menurut data FAA, sedikitnya 12 kota besar di AS mengalami penundaan parah.
Rata-rata waktu tunggu di Bandara Internasional Atlanta mencapai 282 menit, menjadikannya salah satu bandara paling terdampak.
Bandara Newark Liberty, Chicago O’Hare, dan Charlotte/Douglas juga mencatat pembatalan terbanyak.
American Airlines, Delta Air Lines, Southwest Airlines, dan United Airlines termasuk maskapai yang paling banyak mengurangi jadwal.
FAA telah memerintahkan maskapai memangkas hingga 4 persen penerbangan harian sejak Jumat, dan jumlah itu akan meningkat bertahap menjadi 10 persen pada 14 November.
Baca juga: Langit Amerika Kacau! Shutdown Lumpuhkan Bandara, Ribuan Penerbangan Dibatalkan
Administrator FAA, Bryan Bedford, mengatakan langkah tersebut diambil untuk menjaga keselamatan penerbangan.
“Sistem bandara AS menunjukkan tanda-tanda stres. Pengurangan dilakukan secara proaktif agar standar keselamatan tetap terjaga,” ujarnya, dikutip dari The Associated Press.
Sekitar 14.000 petugas pengatur lalu lintas udara dan 50.000 petugas keamanan bandara terpaksa tetap bekerja tanpa bayaran karena dikategorikan sebagai “pekerja esensial”.
Banyak dari mereka mulai tidak masuk kerja karena kelelahan dan masalah finansial.
BBC melaporkan, pengurangan kapasitas penerbangan hingga 10 persen diberlakukan di 40 bandara tersibuk di Amerika.
Selain penerbangan komersial, pembatasan juga diberlakukan pada penggunaan jet pribadi demi mengurangi beban lalu lintas udara.
CNN menambahkan, jika shutdown tidak segera berakhir, pengurangan penerbangan bisa mencapai 20 persen pada akhir November, bertepatan dengan musim liburan Thanksgiving — periode perjalanan tersibuk di AS.
“Gangguan besar hampir pasti terjadi jika situasi ini berlanjut,” kata mantan pejabat FAA Dan Elwell kepada CNN.
Para pelancong pun mulai merasakan dampak langsung.
Emmy Holguin, seorang penumpang di Bandara Internasional Miami, mengatakan kepada AP bahwa ia khawatir kehilangan pekerjaannya karena keterlambatan penerbangan pulang dari Republik Dominika.
“Saya berharap pemerintah segera mengurus ini. Kami semua bergantung pada sistem penerbangan ini,” ujarnya.
Sementara itu, perdebatan politik di Washington masih buntu.
Partai Demokrat dan Republik belum menyepakati rancangan anggaran yang dapat membuka kembali pemerintahan.
Baca juga: Bos Maskapai Desak Gedung Putih Akhiri Shutdown, Peringatkan Sistem Penerbangan AS di Ambang Krisis
Shutdown kali ini sudah memecahkan rekor sebagai yang terpanjang dalam sejarah AS.
Menurut data Bipartisan Policy Center, sekitar 730.000 pegawai federal kini bekerja tanpa gaji, sementara 670.000 lainnya dirumahkan.
Kondisi ini bukan hanya memukul sektor transportasi, tetapi juga memperlambat pengiriman barang dan aktivitas ekonomi di seluruh negeri.
“Shutdown ini berdampak pada segalanya — dari penerbangan kargo, pertemuan bisnis, hingga sektor pariwisata,” kata Greg Raiff, CEO Elevate Aviation Group, dikutip dari Al Jazeera.
“Ada efek berantai besar terhadap ekonomi,” tambahnya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.