Kamis, 20 November 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Ingin Beli Ratusan Jet Tempur Rafale dan Gripen, Zelensky Punya Uang dari Mana?

Rencana Ukraina memperkuat kekuatan udara mereka dengan mengakuisisi 250 pesawat tempur generasi 4,5 dinilai tidak realistis.

DSA/Tangkap Layar
RENCANA BELI RAFALE- Jet tempur Rafale buatan Prancis. Presiden Ukraina Zelensky kemarin menandatangani LoI dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Kesepakatan itu membuka jalan bagi pembelian sistem pertahanan udara SAMP/T generasi terbaru dan hingga 100 jet tempur Rafale. 
Ringkasan Berita:
  • Ukraina berencana memperkuat kekuatan udara dengan mengakuisisi 250 pesawat tempur generasi 4,5.
  • Dalam 30 hari terakhir, Kyiv menandatangani dua Letter of Intent (LoI) untuk pembelian pesawat tempur tersebut.
  • Pertanyaan utama: Rencana ambisius ini menimbulkan tanda tanya besar: dari mana anggaran untuk membiayai pembelian ratusan jet tempur tersebut?

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana Ukraina memperkuat kekuatan udara mereka dengan mengakuisisi 250 pesawat tempur generasi 4,5 menyisakan pertanyaan banyak pihak. Dari mana anggarannya?

Dalam 30 hari terakhir, Kyiv menandatangani dua Letter of Intent (LoI) untuk pembelian 250 pesawat tempur generasi 4,5.

Bulan lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meneken LoI dengan Swedia untuk pembelian hingga 150 jet tempur Saab Gripen-E. 

Jika terealisasi, Ukraina akan menjadi operator terbesar Gripen E, melampaui jumlah yang dimiliki Swedia sebagai negara produsen.

Tidak berhenti di situ, pada 17 November kemarin, Zelensky juga menandatangani LoI dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. 

Disepakati bahwa Ukraina akan membeli sistem pertahanan udara SAMP/T generasi terbaru dan hingga 100 jet tempur Rafale!

Jika terealisasi, Ukraina akan menjadi operator asing terbesar Rafale, melampaui Uni Emirat Arab yang pada 2021 meneken kontrak 80 unit Rafale F4 senilai 16 miliar euro.

Apa itu pesawat tempur generasi 4,5?

Pesawat tempur Generasi 4,5 adalah istilah tidak resmi untuk jet tempur yang mengalami peningkatan signifikan dari pesawat tempur Generasi 4, namun belum sepenuhnya mencapai kemampuan pesawat tempur Generasi 5.

Karakteristik Utama Generasi 4,5 di antaranya memiliki radar AESA (Active Electronically Scanned Array), dan ini adalah salah satu pembeda utama. 

Radar AESA jauh lebih canggih daripada radar mekanis Generasi 4, menawarkan kemampuan multitargeting, ketahanan jamming, dan mode operasi daya rendah yang lebih baik.

Selain radar, pesawat di generasi ini juga sudah dijejali berbagai avionik canggih & integrasi jaringan.

Dengan teknologi ini, pesawat bak memiliki komputer misi yang sangat terintegrasi, fusi sensor (menggabungkan data dari berbagai sensor menjadi satu tampilan yang mudah dipahami pilot), dan kemampuan datalink yang kuat untuk berbagi informasi secara real-time dengan unit lain di medan tempur.

Jet tempur seperti Rafale dan Gripen E, meskipun tidak sepenuhnya siluman (stealth) seperti pesawat Generasi 5 (misalnya F-22 atau F-35), mereka memiliki beberapa fitur yang mengurangi Radar Cross-Section (RCS) atau jejak radar mereka.

Apakah rencana Ukraina akan segera terwujud?

Banyak pihak yang meragukan. Patut diingat, LoI bukanlah kontrak pembelian final. 

Dokumen ini hanya menandakan komitmen politik, tanpa ikatan hukum yang mengikat kedua pihak. 

LoI antara Ukraina dan Prancis, misalnya, hanya menyebut komitmen memasok 100 Rafale dalam 10 tahun. 

Tidak ada rincian harga, jadwal pengiriman, skema pembiayaan, paket senjata, pelatihan pilot, maupun transfer teknologi. Persoalan detail inilah yang kerap memicu konflik hingga kesepakatan batal.

Sejarah mencatat banyak LoI yang tidak pernah berujung pada kontrak nyata.

India bisa dijadikan contoh. Negara itu pernah menandatangani LoI dengan Dassault Aviation pada 2012 untuk 126 jet Rafale dalam program MMRCA. 

Namun, negosiasi berlarut-larut karena masalah harga, offset industri, dan jaminan integrasi senjata.

Pada 2015, pemerintahan baru India membatalkan kesepakatan lama dan meneken kontrak baru hanya untuk 36 jet Rafale dalam kondisi siap terbang.

Anggaran jadi hambatan terbesar

Apakah realistis Ukraina membeli ratusan Gripen E dan Rafale? Dari mana dananya? Tidak realistis jika Ukraina langsung membeli ratusan jet tempur Gripen E dan Rafale

Kesepakatan yang ada saat ini baru berupa Letter of Intent (LoI), bukan kontrak final. 

Mungkin saja mereka mendapatkan pendanaan dari kombinasi bantuan Eropa, pembiayaan bilateral dari Prancis dan Swedia, serta anggaran pertahanan Ukraina, tetapi jumlah ratusan jet membuat hal ini sangat sulit diwujudkan.

Biaya akuisisi ini sangat besar. Satu jet Rafale bernilai sekitar US$100–120 juta termasuk paket senjata dan pelatihan. 

Membeli 100 unit berarti lebih dari US$10 miliar. Gripen E lebih murah (sekitar US$60–70 juta per unit), tetapi 150 unit tetap menelan biaya US$9–10 miliar.

Sementara anggaran pertahanan Ukraina terbatas. Pada 2024, anggaran pengadaan pertahanan Ukraina sekitar US$7,6 miliar per tahun, jauh di bawah kebutuhan untuk ratusan jet tempur.

Selain anggaran, hambatan lain bagi Ukraina adalah soal logistik dan pelatihan. 

Mengoperasikan dua armada besar (Gripen dan Rafale) berarti butuh infrastruktur, pelatihan pilot, sistem perawatan, dan rantai pasok yang berbeda. 

Bahkan negara NATO jarang mengoperasikan dua tipe jet besar sekaligus.

Kebutuhan mendesak

Apa tujuan Ukraina menginginkan pesawat tempur dalam jumlah fantastis?

Tentu saja ini terkait pada kebutuhan militer yang mendesak dalam menghadapi invasi Rusia.

Ukraina membutuhkan keunggulan udara (Air Superiority).  Sejak awal perang, Rusia memiliki keunggulan kuantitatif dan kualitatif di udara.

Selain itu, pesawat tempur baru diperlukan untuk mencegat pesawat tempur Rusia dan, yang sangat penting, untuk menembak jatuh rudal jelajah dan drone Shahed yang secara rutin digunakan Rusia untuk menyerang infrastruktur sipil dan militer Ukraina.

Faktor lainnya tentu sebagai modernisasi armada

Selama pertempuran, Angkatan Udara Ukraina (UkrAF) telah kehilangan sebagian besar jet tempur era Soviet mereka (MiG-29 dan Su-27) akibat tembakan darat dan udara Rusia.

Pesawat tempur warisan Soviet yang tersisa sudah tua dan tidak mampu membawa persenjataan modern Barat secara efektif, serta memiliki keterbatasan dalam kemampuan networking dan situational awareness dibandingkan jet modern.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved