Jumat, 21 November 2025

Ikhtiar Penuhi Hak Anak Lewat Cek Kesehatan Gratis

Upaya kolaboratif memastikan setiap anak mendapat hak kesehatan melalui Cek Kesehatan Gratis yang merupakan program prioritas Presiden Prabowo.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Tiara Shelavie
Tribunnews.com/Sri Juliati
CEK KESEHATAN GRATIS - Suasana kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar Puskesmas Polanharjo, Klaten pada siswa kelas 1 MIN 2 Klaten di Masjid Al-Imam Sidowayah, Selasa (11/11/2025). CKG merupakan upaya kolaboratif dalam memastikan setiap anak mendapat hak atas kesehatan sejak dini. 

Dari rangkaian CKG yang meliputi pemeriksaan telinga, gigi, mata, dan tekanan darah, Vivi mencatat sejumlah masalah kesehatan yang paling sering ditemukan pada siswa SD, seperti gangguan refraksi mata, gigi karies, hingga indikasi malnutrisi. Temuan lain adalah rendahnya tingkat kebugaran. 

"Kami melakukan tes kebugaran untuk siswa kelas 4 sampai 6. Mereka diminta berlari satu kilometer, kemudian kami ukur tingkat kebugarannya, dan hasilnya cukup banyak yang berada di bawah standar," jelasnya.

Temuan di jenjang SMP dan SMA, lanjut Vivi, juga tak kalah mengkhawatirkan: tingkat kebugaran yang rendah, anemia, hingga tekanan darah tinggi. Pada beberapa kasus, muncul pula perilaku merokok di kalangan remaja. 

Tren serupa juga terlihat dalam data CKG nasional yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Dalam program CKG sekolah yang dimulai secara serentak pada 4 Agustus 2025 telah diikuti oleh 16,2 juta peserta. Hasilnya masalah aktivitas fisik kurang (60,1 persen), karies gigi (50,3 persen), dan anemia (27,2 persen) masih mendominasi pada kelompok remaja dan pelajar.

Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang RSUD Dr Moewardi Surakarta, DR dr Hari Wahyu Nugroho SpA Subsp TKPS (K) MKes, hasil dari pemeriksaan kesehatan gratis di tingkat sekolah, menggambarkan kondisi permasalahan kesehatan anak di Indonesia secara umum. Temuan ini juga mencerminkan rendahnya pemahaman dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

"Terus-terang, permasalahan kesehatan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah sangat menyedihkan. Kenapa? Karena masyarakat ternyata belum memahami betul bagaimana harus berperilaku hidup bersih dan sehat," ungkap dr Hari ketika dihubungi melalui sambungan telepon.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta itu lantas memberi contoh terkait karies gigi yang mendominasi masalah kesehatan pada anak usia SD. Menurutnya, masih ada kesalahpahaman pada orang tua bahwa sikat gigi dilakukan pada saat mandi.

"Yang benar itu, sikat gigi dilakukan setelah makan dan sebelum tidur. Jadi, pagi hari sarapan dulu, baru tingkat gigi. Siang, setelah makan siang, sikat gigi lagi. Lalu malam, sebelum tidur, sikat gigi lagi," jelasnya.

lihat fotoCEK KESEHATAN GRATIS - Suasana Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar Puskesmas Polanharjo, Klaten pada siswa kelas 1 MIN 2 Klaten di Masjid Al-Imam Sidowayah, Selasa (11/11/2025). CKG merupakan upaya kolaboratif pemerintah bersama sekolah dan tenaga kesehatan memastikan setiap anak mendapat hak atas kesehatan sejak dini. (Tribunnews.com/Sri Juliati)
CEK KESEHATAN GRATIS - Suasana Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar Puskesmas Polanharjo, Klaten pada siswa kelas 1 MIN 2 Klaten di Masjid Al-Imam Sidowayah, Selasa (11/11/2025). CKG merupakan upaya kolaboratif memastikan setiap anak mendapat hak atas kesehatan sejak dini. (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Lebih jauh, dr Hari juga menyoroti kondisi kesehatan remaja Indonesia yang menurutnya perlu menjadi perhatian serius. Ia mengungkapkan, remaja merupakan salah satu fase yang sangat penting. Tidak hanya sebagai individu, tetapi juga di tingkat negara.

Ia menjelaskan, remaja memegang dua peran besar. Pertama, mereka akan menjadi kelompok usia dewasa yang kelak bertanggung jawab terhadap pembangunan negara. Kedua, mereka juga akan menjadi orang tua bagi generasi berikutnya.

"Yang jadi masalah, terutama pada remaja putri. Coba bayangkan, 30 persen remaja putri di Indonesia itu anemia. Lalu banyak yang malnutrisi. Jika kondisi ini berlanjut, anemia pada remaja putri akan memengaruhi kualitas janin yang akan mereka kandung di masa depan. Kualitas generasi berikutnya terancam dan ini menjadi perhatian utama kita," tegasnya.

Padahal, menurut dia, upaya pemerintah sudah cukup masif. Remaja putri di sekolah, terutama tingkat SMA, sudah mendapatkan program pemberian tablet tambah darah gratis. 

"Sebanyak 90 persen remaja putri itu sudah dapat tablet tambah darah. Tapi, yang benar-benar diminum hanya sekitar 30 persen," ungkap dia.

Oleh karena itu, ia mendorong agar remaja putri lebih serius menjaga kesehatan sejak dini. Salah satu langkah penting adalah rutin mengonsumsi tablet tambah darah, terutama bagi remaja yang telah mengalami anemia.

Menurutnya, upaya menjaga kondisi tubuh tidak hanya berdampak pada kesehatan mereka saat ini, tetapi juga berpengaruh langsung terhadap kualitas generasi berikutnya.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved