Selasa, 7 Oktober 2025

Prasetyo Edi Tekankan Pentingnya Distribusi Air Bersih Bagi Warga Menengah ke Bawah

Prasetyo Edi Marsudi mengungkapkan perjalanan panjang pengelolaan Perusahaan Air Minum (PAM) JAYA yang selama puluhan tahun dikuasai swasta. 

Editor: Hasanudin Aco
Istimewa/Tribunnews.com
LOKAKARYA BAHAS AIR - Suasana lokakarya bertajuk “Menakar Masa Depan Air di Jakarta, Akankah Menjadi Air Mata?” yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jakarta bekerja sama dengan PAM JAYA, di Jakarta, Senin (6/10/2025). 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisaris Utama PAM JAYA, Prasetyo Edi Marsudi, mengungkapkan perjalanan panjang pengelolaan Perusahaan Air Minum (PAM) JAYA yang selama puluhan tahun dikuasai swasta. 

Dalam lokakarya bertajuk “Menakar Masa Depan Air di Jakarta, Akankah Menjadi Air Mata?” yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jakarta bekerja sama dengan PAM JAYA, di Jakarta, Senin (6/10/2025), Prasetyo menceritakan proses akuisisi dua perusahaan swasta, Palyja dan Aetra, untuk memastikan pelayanan air bersih merata.

“Masalah PAM itu saya tahu persis. Akhirnya penjajahan selama 25 tahun terlepas dari yang namanya Aetra dan Palyja,” ujarnya. 

Prasetyo menjelaskan dana Rp 650 miliar untuk akuisisi awalnya sempat berpindah tangan di salah satu bank, baru dikembalikan saat Anies Baswedan menjabat Gubernur DKI Jakarta dan digunakan untuk penyertaan modal pembangunan Stadion Jakarta International Stadium (JIS).

Ia menekankan pentingnya distribusi air bersih bagi warga menengah ke bawah.

Warga menengah ke bawah adalah kelompok masyarakat yang berada dalam strata ekonomi di bawah kelas menengah, sering kali dikaitkan dengan keterbatasan dalam pendapatan, akses pendidikan, layanan kesehatan, dan fasilitas sosial lainnya.

“Visinya adalah, ke depan sambungkan semua. Menengah ke bawah harus semua terinstalasi,” kata Prasetyo.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua I MUI Provinsi Jakarta, KH. Yusuf Aman, menjelaskan bahwa air adalah anugerah Allah SWT dan sumber kehidupan yang harus dijaga. 

“Air adalah anugerah. Ini berangkat dari firman Allah dalam Surah Al-Anbiya, dimana isi Surah itu berbicara tentang masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang,” terangnya. 

Yusuf menambahkan, kekurangan cairan dapat menyebabkan dehidrasi, sementara pemberian air memiliki nilai ibadah tinggi. 

“Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai oleh Allah SWT daripada setetes air yang diberikan, baik kepada manusia maupun makhluk lainnya,” tuturnya. 

Yusuf juga menekankan pentingnya menjaga sumber daya air secara budaya, termasuk kearifan lokal masyarakat Betawi.

Sementara itu, Ketua Relawan Kesehatan Indonesia, Agung Nugroho, menyoroti perubahan status PAM JAYA dari  Perusahaan Umum Daerah (Perumda) menjadi Perusahaan Perseroan Daerah (Perseroda), yang sering disalahartikan sebagai privatisasi. 

“Air adalah anugerah Allah SWT yang paling mendasar bagi kehidupan… Perubahan status PAM Jaya menjadi perseroda bukan hanya momentum strategis yang membawa peluang, tetapi juga tantangan baru,” kata dia.

Halaman 1 dari 2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved