Kerugian Ekonomi Akibat Kasus DBD di Indonesia Meningkat
Berdasar penilitian, total biaya ekonomi akibat demam berdarah di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai USD 381.15 juta (Rp 4.95 triliun).
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Willem Jonata
Apabila hal ini tidak dilakukan, Indonesia berpotensi mengalami kerugian.
"Jika Indonesia tidak bisa menekan beban ekonomi akibat DBD, maka jumlah kasus akan terus meningkat. Bila jumlah kasus meningkat tentu beban ini akan meningkat, termasuk beban bagi BPJS kesehatan dan Pemerintah serta masyarakat sendiri," terang dia.
Secara terpisah Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht mengatakan, pihaknya menghargai kontribusi Indonesian Health Economist Association (InaHEA) dalam meningkatkan kesadaran tentang beban penyakit demam berdarah di Indonesia dan dampaknya pada kesehatan masyarakat.
"Kami juga merasa terhormat atas kepercayaan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan RI dalam menjalin kemitraan yang kuat untuk berbagai upaya pencegahan DBD, sejalan dengan tujuan nol kematian akibat DBD di Indonesia pada tahun 2030," ungkap dia.
Komitmen Takeda terhadap masalah DBD tercermin dalam keterlibatan dalam inisiatif seperti KOBAR (Koalisi Bersama) Lawan Dengue dengan kampanye masyarakat #Ayo3mplusVaksinDBD yang mendukung upaya pencegahan dan pengendalian DBD yang komprehensif.
Waspada Dengue Shock Syndrome saat Anak DBD, Berikut Saran Mencegahnya dari Dokter |
![]() |
---|
Anak-anak Sekolah Dasar di Kukar Mulai Diberi Vaksinasi Dengue, Efektifkah Cegah Infeksi DBD? |
![]() |
---|
Peringatan ASEAN Dengue Day 2025, Perkuat Komitmen Capai Target Nol Kematian Akibat DBD pada 2030 |
![]() |
---|
DBD Masih Mengancam, Gerakan Bebas Nyamuk Digencarkan di Yogyakarta dengan Edukasi 3M Plus |
![]() |
---|
Ada Lebih dari 1.400 Kasus Kematian Akibat DBD dalam Setahun, Pemerintah Susun Strategi Baru |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.