Kerugian Ekonomi Akibat Kasus DBD di Indonesia Meningkat
Berdasar penilitian, total biaya ekonomi akibat demam berdarah di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai USD 381.15 juta (Rp 4.95 triliun).
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kasus Demam berdarah (DBD) tertinggi di dunia.
Kondisi ini disebabkan oleh situasi iklim dan demografi Indonesia.
DBD ternyata memiliki dampak nyata, baik dari segi ekonomi maupun sosial.
Berdasar penilitian, total biaya ekonomi akibat demam berdarah di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai USD 381.15 juta (Rp 4.95 triliun).
Dengan rincian USD 355.2 juta (Rp4.6 triliun) untuk rawat inap di rumah sakit dan USD 26.2 juta (Rp 8.85 triliun) untuk rawat jalan.
Kemudia tahun 2017 meningkat menjadi USD 68.26 juta, di mana biaya demam berdarah per kasus nonfatal di rumah sakit, rawat jalan, rawat inap, dan rawat jalan tanpa perawatan medis, dan rata-rata secara keseluruhan adalah US$316,24 juta, USD 22.45 juta, USD 7.48 juta, dan USD 50.41 juta.
DBD masuk sebagai salah satu ancaman kesehatan masyarakat yang ada di dunia.
Oleh karena itu pentingnya memberikan pencerahan terkait “awareness” / kesadaran akan kasus DBD kepada seluruh pihak dalam penyusunan strategi penurunan angka kerugian hingga kematian dari kasus DBD.
Koordinator Substansi Arbovirosis Kemenkes dr Asik Surya menyampaikan bahwa semua orang memiliki resiko untuk tertular DBD.
Baca juga: Atasi DBD, Kemenkes Tebar Nyamuk Wolbachia di Kupang
Adapun golongan tertinggi untuk penderita DBD adalah usia 0-14 tahun sebesar 49,8 persen.
Kasus DBD ini diperparah dengan adanya perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Kemenkes telah menetapkan beberapa strategi nasional dalam menanggulangi DBD di Indonesia menuju zero dengue death 2030, antara lain: Koalisi Bersama Lawan Dengue, Pemberantasan Sarang Nyamuk 3Mplus, melalui G1R1J (Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik), maupun vaksin dengue yang telah disetujui Badan Pengelola Obat dan Makan (BPOM).
"Saat ini vaksinasi dengue dapat diberikan kepada masyarakat dengan rentang usia 6-45 tahun berdasarkan rekomendasi dokter," tutur dr Asik dalam kegiatan "Burden of Dengue in Indonesia”, beberapa waktu lalu.
Dampak Sosial Akibat Penyakit DBD
Deputi Direktur CFHC-IPE, FK-KMK UGM dr. Nandyan N. Wilastonegoro, M.Sc.I.H. membahas dampak sosial langsung maupun tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakat akibat penyakit DBD.
Ia memaparkan bahwa kasus dengue mengalami kenaikan yang dramatis.
Per tahun, diestimasikan ada 58 juta hingga 105 juta kasus DBD di seluruh dunia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beban DBD yang terbesar di dunia, dimana diestimasikan ada sekitar 7.8 juta kasus DBD.
Dari sisi beban keuangan DBD, sebagian besar ditanggung dengan keuangan rumah tangga, dan diikuti oleh JKN dan kontribusi dari kerabat
Karena itu Vaksin DBD yang bisa mengurangi kasus DBD, namun tergantung dengan seberapa banyak individu yang terlindungi untuk biayanya.
Kota di Indonesia yang menjadi prioritas program ini adalah Banda Aceh, Batam, Padang, Samarinda, dan Manado.
Dampak Ekonomi Akibat DBD
Ditambahkan, guru besar FKM UI Prof. Dr. drg. Mardiati Nadjib, M.Sc dampak ekonomi kesehatan dari demam berdarah di Indonesia.
Di Indonesia, Aedes aegypti and Aedes albopictus adalah vektor primer dan sekunder untuk transmisi DBD. Jumlah rata-rata kasus DBD tahunan yang dilaporkan ke otoritas kesehatan di Indonesia lebih dari 129.000 untuk periode antara 2004 dan 2010, tingkat insiden tertinggi kedua di dunia setelah Brasil.
Pelaporan DBD di Indonesia diakui belum lengkap dan prosedur pelaporan antar provinsi sangat bervariasi. Sebuah studi pemodelan kartografi tahun 2013 memperkirakan bahwa sekitar 7,6 juta infeksi DBD mungkin telah terjadi di Indonesia pada tahun 2010, yang sebagian besar tidak dilaporkan.
"Penyakit ini biasanya paling umum di daerah perkotaan, namun, daerah pedesaan semakin terpengaruh. Selain itu, wabah epidemi DBD secara tradisional tampaknya menjadi lebih tidak menentu dalam beberapa dekade terakhir," tutur Prof Mardiati.
Total cost (direct dan indirect) mencapai sebesar USD 791 di Yogyakarta, USD 1.241 di Bali and USD 1.250 di Jakarta.
Beban DBD setiap tahunnya menurut penelitian Sheppard (2018) banyak berasal dari biaya rawat inap (922.000 orang) dan rawat jalan (1,7 juta orang), sementara perawatan sendiri (4,6 juta orang) sehingga harus berhenti bekerja atau sekolah, sehingga diperkirakan Indonesia kehilangan 311.744 DALY’s setiap tahun yang terdiri dari 71,9 persen karena disabilitas dan 28,1 persen karena fatalitas.
Dengan besarnya beban ekonomi pada kasus DBD, Indonesia harus memperbaiki sistem pencatatan pelaporan kasus, meningkatkan pencegahan seperti vektor kontrol dan pengembangan vaksin untuk menekan beban itu mengingat Indonesia adalah daerah endemis DBD.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Indonesia berpotensi mengalami kerugian.
"Jika Indonesia tidak bisa menekan beban ekonomi akibat DBD, maka jumlah kasus akan terus meningkat. Bila jumlah kasus meningkat tentu beban ini akan meningkat, termasuk beban bagi BPJS kesehatan dan Pemerintah serta masyarakat sendiri," terang dia.
Secara terpisah Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht mengatakan, pihaknya menghargai kontribusi Indonesian Health Economist Association (InaHEA) dalam meningkatkan kesadaran tentang beban penyakit demam berdarah di Indonesia dan dampaknya pada kesehatan masyarakat.
"Kami juga merasa terhormat atas kepercayaan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan RI dalam menjalin kemitraan yang kuat untuk berbagai upaya pencegahan DBD, sejalan dengan tujuan nol kematian akibat DBD di Indonesia pada tahun 2030," ungkap dia.
Komitmen Takeda terhadap masalah DBD tercermin dalam keterlibatan dalam inisiatif seperti KOBAR (Koalisi Bersama) Lawan Dengue dengan kampanye masyarakat #Ayo3mplusVaksinDBD yang mendukung upaya pencegahan dan pengendalian DBD yang komprehensif.
Waspada Dengue Shock Syndrome saat Anak DBD, Berikut Saran Mencegahnya dari Dokter |
![]() |
---|
Anak-anak Sekolah Dasar di Kukar Mulai Diberi Vaksinasi Dengue, Efektifkah Cegah Infeksi DBD? |
![]() |
---|
Peringatan ASEAN Dengue Day 2025, Perkuat Komitmen Capai Target Nol Kematian Akibat DBD pada 2030 |
![]() |
---|
DBD Masih Mengancam, Gerakan Bebas Nyamuk Digencarkan di Yogyakarta dengan Edukasi 3M Plus |
![]() |
---|
Ada Lebih dari 1.400 Kasus Kematian Akibat DBD dalam Setahun, Pemerintah Susun Strategi Baru |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.