Jumat, 31 Oktober 2025

Proyek Kereta Cepat

Kejanggalan Whoosh di Mata Pengamat Agus Sarwono: Bermasalah Sejak Awal, Kok Tiba-tiba Jadi PSN?

Peneliti TI Indonesia Agus Sarwono menilai, ada yang janggal ketika Whoosh tiba-tiba menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN).

Dok. Agus Suparto BPMI Setpres
PROYEK KERETA CEPAT WHOOSH - Dalam Foto: Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat berfoto dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta Timur, sebelum berangkat menuju Stasiun Padalarang, Jawa Barat, Rabu (13/9/2023). Peneliti Sektor Pengadaan dan Partisipasi Publik dari Transparansi Internasional (TI) Indonesia Agus Sarwono menyoroti kejanggalan dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh yang diresmikan di era Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). 

"Di 2021, kami mencoba untuk melakukan permintaan informasi kepada pelaksana program," ujar Agus.

"Menariknya, sampai dengan kami mengirimkan surat keberatan, bahkan pelaksana program tidak menguasai informasi," lanjutnya.

"Ini artinya, tata kelola proyek strategis nasional dalam konteks Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini, kami nilai masih banyak titik lemahnya begitu dan tentu menimbulkan risiko korupsi yang ada," tambahnya.

Dugaan Mark Up, Tak Ada Feasibility Study dan Tak Ditemukan AMDAL

Kemudian, Agus mengungkap kejanggalan lain dalam tata kelola pengadaan proyek Whoosh.

Yakni, dugaan adanya mark-up atau penggelembungan anggaran sebagaimana yang disampaikan oleh Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM RI (Menkopolhukam) Mahfud MD.

Selain itu, Agus menyebut, kajian yang dilakukan pihak TI tidak menemukan informasi mengenai studi kelayakan atau feasibility study terkait proyek Whoosh.

Bahkan, Agus mengaku, tidak menemukan informasi mengenai Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dari proyek tersebut.

Padahal, pihaknya sudah mencoba mencari-cari informasi di Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) maupun PT. Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) soal studi kelayakan dan AMDAL Whoosh.

"Kajian kami melihat sudah nampak di awal bahwa ada perbedaan harga dari yang sekarang ini muncul, dan Prof. Mahfud sudah berulang kali menyatakan bahwa ada mark-up yang luar biasa besar di sana," jelas Agus.

"Dari aspek tata kelola pengadaannya sendiri, itu sudah kami nilai cukup cukup bermasalah," lanjutnya.

"Bahkan kami tidak menemukan informasi dalam konteks feasibility study-nya, AMDAL-nya," imbuhnya.

"Kami mencoba mencari dari berbagai macam instrumen yang tersedia baik di KPPIP, kemudian di KCIC. Di PT. KCIC, kami tidak menemukan sama sekali informasi tersebut," pungkas Agus.

TI Indonesia menilai, meskipun Proyek Strategis Nasional (PSN) didesain sebagai instrumen untuk mempercepat pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, praktik implementasinya menunjukkan adanya celah tata kelola, ketidakadilan sosial, serta potensi beban fiskal jangka panjang.

Celah tersebut juga terlihat pada proyek Whoosh.

Analisis TI Indonesia Mengenai Proyek Whoosh

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh dibangun dengan panjang trase 142,3 kilometer, yang terbentang dari Jakarta hingga Bandung, dengan empat stasiun pemberhentian, yakni Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar. 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved