Ada Radioaktif pada Produk Sepatu yang Diekspor, Ini Respons Wamenkes Benny dan Kepala BPOM
Wamenkes berharap semua pihak tidak khawatir berlebihan, karena risikonya baru nampak jika paparan radioaktifnya sangat besar
Ringkasan Berita:
- Sepatu yang diproduksi Indonesia dan diekspor ke AS terkontaminasi zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137)
- Wamenkes mengatakan hal itu terjadi karena pengolahan limbah kurang diawasi
- Pengawasan terhadap potensi cemaran radioaktif terus diperkuat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes RI) dr. Benjamin Paulus Octavianus dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Prof Taruna Ikrar turut menanggapi adanya temuan soal sepatu yang diproduksi Indonesia dan diekspor ke Amerika Serikat (AS), yang terkontaminasi zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137).
Wamenkes Benny menegaskan, dengan kejadian ini pengawasan di tingkat pemerintah dan masyarakat menjadi penting.
“Makanya di negara maju, masalah limbah itu penting. Di Indonesia belum mengerti, jadi dibiarkan saja. Begitu ada temuan di udang, Amerika Serikat bilang nggak boleh kirim lagi, baru kita kaget. Di situlah pentingnya pengawasan,” tutur Benjamin saat ditemui di RSIJ Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kamis (13/11/2025).
Baca juga: RI Lapor ke AS Soal Penanganan Udang dan Rempah yang Tercemar Zat Radioaktif Cs-137
Menurut dia, ciri khas negara maju adalah pengelolaan limbahnya yang sangat bagus karena maju memiliki standar tinggi dalam kebersihan dan kesehatan.
“(temuan ini) terjadi akibat dari limbah. Maka negara harus lebih waspada terhadap limbah-limbah. Semakin maju negara, biasanya pengelolaan limbahnya bagus, itu khas negara yang makin maju,” ujar dia.
Menyoal dampak kesehatan, ia berharap semua pihak tidak khawatir berlebihan, karena risikonya baru nampak jika paparan radioaktifnya sangat besar.
“Ayo bersama-sama mencerdaskan rakyat, bukan menakut-nakuti. Dampaknya ada, saat terpapar dalam jumlah besar. Bisa menyebabkan kanker pada puluhan tahun mendatang,” ungkap dokter spesialis paru ini.
Dari sisi Badan POM, Prof Taruna menegaskan, pengawasan terhadap potensi cemaran radioaktif terus diperkuat.
Tidak hanya terbatas pada produk rempah atau komoditas ekspor saja tetapi seluruh produk yang berpotensi tercemar.
Ia mengatakan, BPOM telah resmi ditetapkan oleh US FDA atau BPOM Amerika Serikat sebagai certified entity atau CE.
Baca juga: 9 Orang Pekerja Terpapar Zat Radioaktif Cs-137 Dirawat di RS, Kini Sudah Dipulangkan
Penetapan CE ini dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat melalui pendekatan regulasi keamanan pangan yang modern, preventif, dan berbasis risiko. Selain itu, CE diharapkan dapat menjaga akses pasar bagi produk Indonesia melalui peningkatan pengawasan sebelum pengiriman.
“Kalau bicara tentang Cesium-137, itu persoalan keamanan. Walaupun jumlahnya sedikit, bisa berdampak pada kesehatan, bahkan kesehatan jiwa,” tegasnya.
BPOM juga berkoordinasi dengan Badan Tenaga Nuklir dan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), untuk mempersiapkan seluruh perangkat dan prosedur deteksi radioaktif yang diperlukan.
Sebelumnya, Ketua Bidang Diplomasi dan Komunikasi Satgas Penanganan Cs-137, Bara Krishna Hasibuan, menjelaskan bahwa terdapat dua kontainer berisi produk sepatu yang dikembalikan dari AS.
Produk tersebut berasal dari salah satu perusahaan alas kaki yang berlokasi di Cikande, Banten.
Namun, perusahaan tersebut berada di luar kawasan industri Cikande yang merupakan sumber kontaminasi CS-137.
Kasus kontaminasi Cs-137 pada sepatu ini ternyata sudah terjadi sejak lama, bersamaan dengan kasus pencemaran pada produk udang.
Baca juga: Pemerintah Bentuk Satgas Tangani Temuan Zat Radioaktif di Udang Beku yang Diekspor ke AS
Dilansir dari berbagai sumber, zat radioaktif Cesium-137 tidak terbentuk secara alami, melainkan berasal dari aktivitas manusia seperti uji coba senjata nuklir atau kebocoran reaktor.
Sifatnya yang bertahan lama membuat zat ini berpotensi masuk ke rantai pangan melalui air atau lahan tambak yang terkontaminasi, termasuk ke udang.
Adapun risiko kesehatan dari konsumsi makanan yang mengandung cesium bergantung pada tiga faktor utama yaitu kadar kontaminasi, jumlah yang dikonsumsi, dan frekuensi paparan.
Selama masih berada di bawah ambang batas regulasi internasional, risiko gangguan kesehatan tetap sangat rendah.
Sepatu Dipulangkan
Pemerintah melalui Satgas Penanganan Cs-137 mengungkapkan bahwa sepatu yang terkontaminasi zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137), telah dipulangkan ke Tanah Air.
Ketua Bidang Diplomasi dan Komunikasi Satgas Penanganan Cs-137, Bara Krishna Hasibuan, menjelaskan bahwa terdapat dua kontainer berisi produk sepatu yang dikembalikan dari AS.
Produk tersebut berasal dari salah satu perusahaan alas kaki yang berlokasi di Cikande, Banten.
Namun, perusahaan tersebut berada di luar kawasan industri Cikande yang merupakan sumber kontaminasi CS-137.
"Jadi itu memang pabrik sepatu, tapi saya tegaskan itu bukan di dalam kawasan industri Cikande, tapi di luar, tapi memang dekat dengan kawasan industri," kata Bara dalam konferensi pers di kantor Kemenko Pangan, Jakarta Pusat, Rabu (12/1/2025).
Kontainer pertama, kata Bara, telah tiba di Indonesia sekitar sebulan lalu, tetapi belum sempat diproses oleh pihak produsen, sehingga belum dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Kontainer kedua telah tiba pada 29 Oktober dengan notifikasi adanya kontaminasi CS-137 dan sudah dilakukan pemeriksaan oleh Bapeten pada 30 Oktober.
Hasil pemeriksaan dari kontainer kedua tidak ditemukan kontaminasi di permukaan kontainer, sehingga aman untuk disimpan di pelabuhan.
Saat ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah melakukan pengujian terhadap isi kontainer produk alas kaki tersebut.
Kasus kontaminasi Cs-137 pada sepatu ini ternyata sudah terjadi sejak lama, bersamaan dengan kasus pencemaran pada produk udang.
Paparan radioaktif berasal dari udara yang terkontaminasi Cs-137 yang diduga berasal dari pabrik smelter PT PMT di Cikande.
wamenkes
Benjamin Paulus Octavianus
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Taruna Ikrar
Zat Radioaktif
| Terapi Stem Cell di Indonesia Sudah Uji ke Manusia, Negara Lain Masih di Tahap Riset Hewan |
|
|---|
| AI Bisa Deteksi Penyakit Mulai Diabetes hingga TBC, Bakal Gantikan Peran Dokter? |
|
|---|
| Kepala BPOM Taruna Ikrar Inisiasi Pengembangan Obat Herbal Lewat Kolaborasi WHO IRCH |
|
|---|
| Influenza Tipe A Dominasi Kasus Flu di Indonesia, Demam Tinggi Jadi Gejala Khas |
|
|---|
| Program Cek Kesehatan Gratis Jadi Upaya Perpanjang Angka Harapan Hidup Masyarakat |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.