Rabu, 19 November 2025

Ledakan di Jakarta Utara

Penjelasan Apa Itu True Crime Community? Ini Hubungannya dengan Pelaku Ledakan Bom di SMA 72 Jakarta

Pelaku ledakan bom di SMAN 72 Jakarta inisial F ternyata ikut dalam sebuah grup ekstremisme bernama 'True Crime Community'.

Editor: Wahyu Aji
Shutterstock/Kompas
Ilustrasi radikalisme - Pelaku ledakan bom di SMAN 72 Jakarta inisial F ternyata ikut dalam sebuah grup ekstremisme bernama 'True Crime Community'. Lalu apa itu TCC? 

Ringkasan Berita:
  • Pelaku ledakan bom di SMAN 72 Jakarta inisial F ternyata ikut dalam sebuah grup ekstremisme bernama 'True Crime Community'.
  • Lalu apa sebenarnya True Crime Community (TCC)?
  • Soeprapto, Sosiolog Kriminalitas, dan Dosen Purnabakti Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan, soal apa itu TCC.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol (Purn) Eddy Hartono menyebut pelaku ledakan bom di SMAN 72 Jakarta inisial F ternyata ikut dalam sebuah grup ekstremisme bernama 'True Crime Community'.

Lalu apa sebenarnya True Crime Community (TCC)?

Komunitas Kejahatan Nyata, adalah sekelompok orang, sering kali dalam forum daring, yang memiliki minat mendalam dan terkadang obsesif terhadap kasus kejahatan nyata yang terjadi di kehidupan nyata.

 

Minat ini berakar pada genre "true crime" yang populer melalui berbagai media seperti film, serial, siniar (podcast), dan buku. 

Soeprapto, Sosiolog Kriminalitas, dan Dosen Purnabakti Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan, keberadaan TCC pertama kali tidak diketahui pasti.

"Tapi kalau pembahasan tentang Kisah Nyata tindak kriminal (True Crime) sudah ada pada tahun 2010 atau sudah sekitar 15 tahunan. Namun saat itu belum populer dan belum banyak direspons masyarakat. Baru ketika ada peristiwa Covid-19 yang diikuti kebijakan dan peraturan WFH dan komunikasi serba daring, maka TCC mulai tersentuh masyarakat dan terutama kalangan remaja dan anak-anak. Adapun isi yang dibahas, pada murninya adalah tentang peristiwa riil tindak kejahatan," kata Soeprapto kepada Tribun, Selasa (18/11/2025).

Soeprapto menjelaskan bahwa transparansi teknologi sistem informasi dan komunikasi saat ini memiliki sifat bak pisau bermata ganda.

Di satu sisi bersifat positif memberi informasi yang berguna, namun bisa pula berdampak negatif.

"Sesuai dalil peniruannya Gabriel Tarde, bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk menirukan apa yang dilihat, dan didengar, terlebih bagi anak dan remaja, makanya dulu ada film untuk 21 tahun ke atas, 17 tahun ke atas, dan semua umur. Jadi Tayangan TCC ini berpotensi besar untuk ditiru," katanya.

Lalu apakah dengan bergabung di grup TCC dapat menjadi indikator awal ketertarikan anak pada tindak kriminal?

"Sebetulnya tidak juga, namun mengapa kemudian banyak yang meniru, karena tayangannya memang menyajikan true crime, sehingga yang terserap di benak penonton (terlebih anggota grup) adalah tindak kriminalnya. Jadi bisa saja karena kebetulan, atau sekedar minat menonton cerita kriminal," katanya.

Dirinya menjelaskan, pada murninya TCC tidak memiliki pola tertentu.

Selain bertujuan menyajikan kisah nyata tindak kriminal.

"Namun berdasar konsep Social Cognitive, seseorang memang berpotensi meniru sesuatu yang dilihatnya dan menjadikannya sebagai referensi atau sumber inspirasi, ketika seseorang mengalami hal yang sama dengan apa yang pernah ditontonnya. Selain itu dengan meniru apa yang ditontonnya seseorang bisa sekaligus menunjukan eksistensinya," katanya.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved