Minggu, 28 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Rocky Gerung dan Patriotisme Sufmi Dasco: Catatan Atas Pertemuan Sayur Lodeh

Sayur lodeh ini mengkombinasikan pedas yang terukur dengan rasa asam yang juga terukur, sehingga keenakannya lebih enak daripada Tom Yam Thailand 

|
Editor: Eko Sutriyanto
HO
PERTEMUAN SAYUR LODEH - Presiden Akal Sehat, Rocky Gerung dan Professor Sufmi Dasco Ahmad di kawasan Senayan Park Jakarta, Senin (7/4/2025) siang. 

Oleh: Dr Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle

TRIBUNNERS - Presiden Akal Sehat, Rocky Gerung dan Professor Sufmi Dasco Ahmad begitu lahap menyantap sayur lodeh di kawasan Senayan Park Jakarta, Senin (7/4) siang.

Sayur lodeh ini mengkombinasikan pedas yang terukur dengan rasa asam yang juga terukur, sehingga keenakannya lebih enak daripada Tom Yam Thailand. 

Jagung, kacang panjang, melinjo dalam sayuran begitu lembut untuk dilahap. Rocky sama sekali tidak memakan nasi sedangkan Dasco menikmati nasi merah.

Sebagai minuman pengantar makan, Rocky memesan bir, sedangkan Dasco air mineral. Meja makanan penuh dengan tahu, tempe, ayam, ikan asin sedikit pedas dan ikan gurame goreng kering.

Pertemuan ini sudah dirancang seminggu sebelum lebaran. Saya, Jumhur Hidayat (pemimpin sejuta buruh) dan Ferry Juliantono (tokoh Koperasi) yang merancang pertemuan ini ikut asyik menyantap makanan. Berlima kami menghabiskan waktu 2,5 jam, mendiskusikan nasib Bangsa Indonesia ke depan, di bawah naungan pemimpin revolusioner Prabowo Subianto. 

Kami tidak membahas trending topic "Judi Kamboja" yang lagi menyerang Dasco. Sebab, Dasco mengatakan dirinya tidak terganggu dengan serangan personal, dia hanya ingin bicara soal yang lebih besar, yakni soal bangsa.

Ada 3 hal penting yang menjadi isu pembicaraan kami sambil menyantap makanan.

Pertama, Prabowo Subianto, menurut Rocky, ketika dirinya dahulu kala,  puluhan tahun lalu,  menemani Alm. Dr. Adnan Buyung Nasution bertemu Prabowo, mendengar keinginan Prabowo untuk menjadi pemimpin besar sosialis dunia, setidaknya Asia.

Sosialisme ini tentunya mendapatkan kesempatan untuk diwujudkan saat ini. Terutama ketika pemimpin populis dunia, Donald Trump, melakukan disrupsi pada tatanan global lama yang sangat neoliberal. Berbagai negara yang terkena dampak "Trump's War Trade" dapat menggalang kekuatan dan solidaritas. Apalagi bulan ini adalah bulan Konprensi Asia Afrika.

Dasco mencatat usulan diskusi agar Prabowo pidato tentang solidaritas Asia-Afrika pada peringatan Konferensi Asia Afrika bulan ini.

Menurut Rocky, Prabowo dan Anwar Ibrahim, PM Malaysia, dapat menjadi duo pemimpin yang berduet membentuk solidaritas pemimpin bangsa-bangsa berkembang. Melalui kerjasama antar negara, dampak kebijakan Trump dapat diatasi secara langsung. 

Namun, diskusi kami sedikit dibingungkan oleh adanya kemungkinan Trump semakin marah, khususnya dengan pilihan Indonesia beberapa waktu lalu menjadi anggota BRICs.

Indonesia harus mengatasinya dengan diplomasi terukur ke Amerika. Indonesia harus cepat menunjuk Duta Besar baru di Amerika yang bekerja penuh.

Kedua, pembicaraan menyangkut lapangan kerja. Lapangan kerja pedesaan harus meningkat setidaknya 1 juta lapangan kerja baru, setelah kebijakan Prabowo membangun 80.000 koperasi desa merah putih. Selama ini penyerapan naker di pedesaan mencapai 40 juta jiwa dengan lapangan kerja tercipta 1,3 juta tahun lalu.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan