Minggu, 9 November 2025

Fakta-Fakta Pembangkit Listrik Tenaga Sampah: Awal Mula, Daftar Daerah hingga Analisa Pengamat

PLTSa dijanjikan jadi solusi sampah dan energi. Target 33 kota, tapi sorotan publik makin tajam soal efisiensi dan risiko.

Editor: Glery Lazuardi
ISTIMEWA
PLTSa digadang jadi solusi limbah dan energi, tapi pengamat ingatkan risiko investasi dan dampak lingkungan. 

11. Veolia Environmental Services Asia Pte. Ltd

12. Hunan Construction Engineering Group Co., Ltd

13. CEVIA Enviro Inc.

14. China Conch Venture Holding Limited

15. China TianYing Inc

16. PT Jinjiang Environment Indonesia

17. Wangneng Environment Co., Ltd

18. Zhejiang Weiming Environment Protection Co., Ltd

19. Beijing China Sciences Runyu Environmental Technology Co.,Ltd. (CSET)

20. Tianjin TEDA Environmental Protection Co., Ltd

21. Grandblue Environment Co., Ltd

22. Beijing GeoEnviron Engineering & Technology, Inc

23. Wuhan Tianyuan Group Co., Ltd

24. QiaoYin City Management Co., Ltd

Analisa Pengamat

Ketua Badan Pemantau dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (BP2 TIPIKOR) Lembaga  Aliansi Indonesia Agustinus Petrus Gultom, menilai proyek itu harus dilakukan dengan menerapkan prinsip transparansi dan kehati-hatian.

“Serta pengawasan ketat terhadap penggunaan keuangan negara," kata dia.

Sebab, jika tidak memperhatikan maka berpotensi merugikan negara, dan membuka peluang penyimpangan investasi. 

Hal itu menyusul adanya dengan delapan catatan utama, mulai dari biaya investasi yang terlalu mahal, potensi markup, hingga minimnya urgensi karena Indonesia dinilai tidak kekurangan pasokan listrik. 

“Negara bisa rugi besar dan ke depan bisa membebani APBD daerah,” kata dia.

Dia menyoroti subsidi negara yang disebut mencapai Rp300 triliun untuk 33 proyek, angka yang dinilainya tidak masuk akal dan harus diaudit. 

Kritik ini diperkuat temuan bahwa sejumlah daerah, termasuk DKI Jakarta, telah menghentikan proyek serupa karena dianggap tidak efisien dan memicu penolakan masyarakat atas kekhawatiran dampak lingkungan dan kesehatan.

Untuk itu, dia meminta pemerintah mengalihkan fokus ke teknologi RDF yang dinilai lebih ekonomis dan terbukti memberi pendapatan bagi daerah, seperti kerja sama DKI Jakarta dan PT Indocement. 

"PSEL hanya cocok untuk kota megapolitan, sementara RDF lebih tepat untuk mayoritas daerah di Indonesia,” tambahnya.

(Tribunnews.com/Kompas.com/Kontan)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved