Kamis, 13 November 2025

Kontribusi Kreator Indonesia Terhadap Ekonomi Digital Diprediksi 376 Miliar Dolar AS

Sebanyak 55 persen konsumen Indonesia mengasosiasikan konten lo-fi (tanpa filter dan spontan) lebih autentik.

Istimewa
RISET KONTEN DI MEDIA SOSIAL - September Guo, Managing Director Accenture Song Southeast Asia memaparkan hasil riset bertajuk The Art & Science Authenticity di Jakarta, Selasa, 11 November 2025. Temuan riset ini antara lain tentang karakter konten di media sosial yang berhasil mendorong pemirsanya melakukan pembelian/belanja. 
Ringkasan Berita:
  • Melalui platform sosial media, para kreator konten di Indonesia diprediksi menyumbang 376 miliar dolar yang berasal dari dampak komersial atas konten-konten yang mereka ciptakan.
  • Angka ini diperkirakan akan meningkat 1,5 kali lipat dari saat ini dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan dampak komersial terbesar di Asia Pasifik.
  • Sebanyak 55 persen konsumen Indonesia mengasosiasikan konten lo-fi (tanpa filter dan spontan) lebih autentik.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonomi digital di Indonesia diprediksi akan melaju makin cepat seiring dengan adopsi digital yang makin luas oleh masyarakat.

Di industri sosial media, para kreator konten diprediksi menyumbang 376 miliar dolar yang berasal dari dampak komersial atas konten-konten yang mereka ciptakan.

Prediksi tersebut diungkap lembaga Accenture Song dalam hasil riset terbarunya yang dipaparkan di acara Tiktok CreatorFest yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa, 11 November 2025.

Dampak komersial atau commercial impact yang dimaksud di sini adalah total nilai barang dan jasa yang dipengaruhi atau dikonversi melalui konten kreator.

Baca juga: Kreator Siapkan Konten Ramah Anak untuk Pendengar yang Kini Berkeluarga

Angka ini diperkirakan akan meningkat 1,5 kali lipat dari saat ini dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan dampak komersial terbesar di Asia Pasifik, dan yang kedua tercepat pertumbuhannya di Asia Pasifik.

Para kreator di media sosial dinilai telah menjadi kekuatan ekonomi yang penting, yang mengubah
koneksi dengan para penonton menjadi konversi, dan berdampak nyata bagi pertumbuhan bisnis sektor industri.

September Guo, Managing Director Accenture Song Southeast Asia saat membawakan materi riset  bertajuk The Art & Science Authenticity juga memaparkan temuan atas karakter konten-konten di media sosial yang berhasil mendorong pemirsanya melakukan pembelian/belanja.

Dia mengatakan, sebanyak 8 dari 10 konsumen di Indonesia mengatakan, mereka akan terdorong membeli sesuatu ketika konten yang dilihatnya memiliki karakter otentik.

"Otentisitas di setiap negara dipahami berbeda bergantung pada konteks budaya lokalnya," sebut September Guo.

Dia mencontohkan, hasil risetnya mendapati temuan, 70 persen konsumen di Indonesia bilang live streaming lebih otentik.

"Sebanyak 87 persen konsumen di Indonesia menyatakan jika menemukan konten yang otentik, mereka terdorong melakukan pembelian," kata dia.

Dia menjelaskan, ada dua aspek otentisitas, yakni dari sisi fungsional dan sisi emosi. "Otentisitas membuat audiens merasa lebih terhubung," sebutnya.

Dalam studi Accenture Song, terdapat dua aspek autentisitas. Yakni aspek fungsional di mana pemirsa mencari fungsi nyata dari sebuah produk atau layanan, misalnya perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan produk atau layanan.

Lalu, aspek emosional yang tercermin dalam nada, gaya, dan kepribadian yang mudah dirasakan konsumen.

Di Indonesia, pemirsa media sosial lebih cenderung mengutamakan konten emosional yang terasa
autentik.

Sebanyak 55 persen konsumen Indonesia mengasosiasikan konten lo-fi (tanpa filter,
spontan) lebih autentik dan 70 persen konsumen mengatakan siaran langsung (live streaming) terasa lebih autentik dan nyata.

Dari hasil temuan ini September Guo menyatakan, sektor industri dan dunia usaha bisa mendorong pertumbuhan para kreator dengan cara membangun hubungan dua arah dan memberi kebebasan pada kreator untuk membuat konten sesuai keunikan mereka sendiri.

"Kolaborasi dua pihak akan membuat mereka akan menang," ungkapnya.

Dia menambahkan, melalui Tiktok One, perusahaan bisa menciptakan bauran kreatif dengan memanfaatkan platform ini sekaligus menyederhanakan alur kerja kreatif yang dijalankan.

Papara lengkap white paper hasil riset Accenture ini menurut rencana akan dipublikasikan di 18 November 2025.

Kelly Umberfield, GM Global Business Solutions Tiktok Indonesia bilang, elalui TikTok One, dunia usaha dapat bekerja sama dengan kreator untuk membuat konten yang relevan dengan komunitas, berskala lebih besar.

"Platform ini dirancang untuk mempersingkat proses, mulai dari pencarian kreator hingga eksekusi kampanye, sehingga hasil dapat dicapai secara cepat, efisien, dan berdampak," ujarnya. (tribunnews/fin)

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved