Sabtu, 15 November 2025

Danantara Ungkap Kondisi Keuangan Krakatau Steel Sedang Tidak Baik-baik Saja Akibat Proyek Gagal

Proyek yang ditujukan untuk memperkuat pasokan di sisi hulu itu justru berujung kerugian karena eksekusinya dinilai tidak optimal.

Kontan/Baihaki
INDUSTRI BAJA - Krakatau Steel meminta dukungan dana dari Danantara dalam bentuk modal kerja. 

Ringkasan Berita:
  • Jumlah modal kerja yang akan dikucurkan Danantara sedang divalidasi.
  • Proyek yang ditujukan untuk memperkuat pasokan di sisi hulu itu justru berujung kerugian.
  • Industri baja menuntut efisiensi dan standar operasional tinggi.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Managing Director Danantara Indonesia Febriany Eddy mengungkap kondisi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Perusahaan yang bergerak di bidang industri baja itu pun meminta dukungan dana dari Danantara dalam bentuk modal kerja.

Febriany mengatakan jumlah modal kerja yang akan dikucurkan sedang divalidasi. Keputusannya akan segera diumumkan karena prosesnya sudah memasuki tahap final.

"Kami akan memberikan mereka modal kerja untuk operasi inti bajanya," katanya kepada wartawan di Jakarta, dikutip Sabtu (15/11/2025).

Baca juga: Pemerintah Dorong Krakatau Steel Perkuat Industri Baja ASEAN

Menurut dia, kondisi sulit yang dialami KRAS berawal dari investasi besar pada proyek pabrik glass furnace.

Proyek yang ditujukan untuk memperkuat pasokan di sisi hulu itu justru berujung kerugian karena eksekusinya dinilai tidak optimal.

Ketika fasilitas tersebut akhirnya rampung, pabrik malah mengalami kerugian hingga akhirnya harus ditutup.

Dari penutupan itu, beban utang KRAS meningkat drastis dan tidak tertutupi oleh pemasukan perusahaan. Jika pabrik itu diaktifkan, perusahaan malah akan semakin merugi.

"Kalau dinyalakan dia rugi, menyisakan utang yang besar, enggak ada lawannya," ujar Febriany.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan pabrik ini, mulai dari desain yang kurang efektif dan efisien hingga proyek yang mengalami overrun dan keterlambatan penyelesaian.

"Pas dia jadi, teknologi orang lain mungkin sudah lebih mature. Jadi akhirnya kalau dinyalakan dia tidak bisa berkompetisi," ucap Febriany.

Ia menyebut bahwa baja ini bukan industri yang gampang. Industri ini menuntut efisiensi dan standar operasional tinggi. Febriany menyebut sedikit saja lengah, pasti kalah berkompetisi.

Dengan kondisi utang dan bunga yang begitu besar, akhirnya KRAS tidak memiliki creditworthiness atau tak memenuhi kriteria untuk mendapatkan pinjaman.

KRAS tidak bisa meminjam uang seperti perusahaan-perusahaan lain. Bahkan, untuk modal kerja saja mereka tidak ada.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved