Rabu, 19 November 2025

Menko PMK Minta Dunia Usaha Jadi Garda Terdepan Atasi TBC, Stunting dan Krisis Kesehatan Mental

Pandemi Covid-19 menjadi bukti nyata bagaimana rapuhnya ketahanan ekonomi ketika ketahanan sosial terganggu.

Lita/Tribunnews
KADIN BIDANG SOSIAL - Rakornas (rapat koordinasi nasional) Kadin Indonesia Bidang Sosial di Kantor Kadin Indonesia, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (17/11/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Kekuatan ekonomi tidak dapat berdiri tanpa fondasi sosial yang kokoh.
  • Pandemi Covid-19 menjadi bukti nyata bagaimana rapuhnya ketahanan ekonomi ketika ketahanan sosial terganggu.
  • Indonesia menjadi penyumbang penderita TBC terbanyak kedua di dunia setelah India.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menggelar Rapat Koordinasi Nasional atau Rakornas Bidang Sosial di Kantor Kadin Indonesia, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (17/11/2025).

Dalam Rakornas tersebut, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menyampaikan, kekuatan ekonomi tidak dapat berdiri tanpa fondasi sosial yang kokoh.

Ia mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 menjadi bukti nyata bagaimana rapuhnya ketahanan ekonomi ketika ketahanan sosial terganggu.

Baca juga: Rakornas Kadin Tekankan Peran Dunia Usaha Dorong Kesejahteraan Sosial

"Di tengah-tengah pilar kekuatan ekonomi dan bisnis ada fondasi yang membuatnya bisa berdiri tegak yaitu fondasi sosial. Pandemi Covid-19 mengajarkan kita bahwa ketahanan ekonomi bertumpu pada ketahanan sosial. Saat kesehatan runtuh, dunia usaha merasakan dampaknya," tutur Pratikno dalam sambutannya, Senin (17/11/2025).

Pratikno mengatakan, meski pandemi telah berlalu, ancaman kesehatan masyarakat masih nyata dan menjadi fokus utama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Ia menyebut tiga isu prioritas, yakni TBC, stunting dan kesehatan mental, di mana tiga persoalan tersebut menurutnya harus disikapi bersama oleh negara dan dunia usaha.

Pratikno menyoroti penanggulangan Tuberkulosis (TBC) sebagai agenda mendesak. Terlebih Indonesia menempati posisi atas penderita TBC terbanyak.

"Indonesia menjadi penyumbang penderita TBC terbanyak kedua di dunia setelah India. Musuh kita bukan hanya bakteri, tetapi juga stigma. Stigma membuat para pekerja takut memeriksakan diri karena khawatir dipecat dari pekerjaannya. Akibatnya, kasus tidak terdeteksi dan penularan terus berjalan di tempat kerja dan di masyarakat luas," terangnya.

Ia mengajak dunia usaha mengambil peran lebih besar dalam upaya eliminasi TBC, agar tidak menggangu produktivitas pekerja.

"Ciptakan lingkungan kerja yang suportif dan tanpa diskriminasi. Ini akan menyelamatkan nyawa sekaligus melindungi aset SDM dan bisnis Bapak-Ibu," ungkapnya.

Isu kedua adalah stunting, yang disebut Pratikno sebagai ancaman langsung terhadap kualitas SDM di masa depan.

"Ini bukan sekadar urusan tinggi badan, tapi stunting adalah bom waktu SDM. Anak stunting hari ini akan menjadi calon tenaga kerja dengan kapasitas kognitif yang tidak optimal di masa depan. Ini pertaruhan daya saing angkatan kerja Indonesia. Dunia usaha harus berinvestasi dari hulu, tidak bisa hanya menunggu di hilir," imbuhnya.

Pratikno juga menyoroti meningkatnya kasus kesehatan mental di lingkungan kerja, yang bisa menjadi silent killer di ruang kerja.

"Kesehatan mental ini juga pembunuh produktivitas senyap di ruang kantor, di ruang kerja. Kesehatan mental menggerokoti inovasi dan kinerja yang berdampak langsung pada kinerja bekerja dan sekaligus kinerja perusahaan," ujar Pratikno.

Halaman 1/2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved