Senin, 17 November 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Sandera Israel Telepon Keluarganya, Sebut Kecewa dengan Pemerintah Netanyahu

Sandera Israel Elkana Bohbot menelepon keluarganya. Ia mengungkapkan kekecewaannya dengan pemerintah Netanyahu yang dianggap abarikan sandera.

Telegram Brigade Al-Qassam
SANDERA TELEPON KELUARGA - Tangkap layar Telegram Brigade Al-Qassam, Minggu (20/4/2025), memperlihatkan sandera berkewarganegaraan Kolombia-Israel, Elkana Bohbot, yang sedang menelepon keluarganya, dalam video yang dirilis pada 19 April 2025. 

Dalam kesempatan itu, ia juga berbicara dengan saudaranya Uriel Andykov dan berharap ia dapat pergi ke Gedung Putih untuk meminta bantuan pemerintah Amerika.

Ia meminta saudaranya yang memegang kewarganegaraan ganda, Israel-Amerika, untuk menekan pemerintahan Trump agar menepati janjinya untuk membebaskan para sandera.

"Saudara Uriel Andykov, ketahuilah bahwa aku mencintaimu dan sangat merindukanmu. Saudaraku, aku ingin kau pergi ke Gedung Putih. Mintalah untuk berbicara dengan Presiden Trump. Kau adalah warga negara Amerika, ia akan mendengarkanmu. Tanyakan kepadanya tentang janjinya kepada para sandera, dan mohon padanya untuk membiarkanku keluar dari sini. Bawalah istriku bersamamu. Aku tidak ingin kau terlambat," pesannya kepada saudaranya.

Ia juga memperingatkan anggota keluarganya bahwa pemerintah Netanyahu mengabaikannya.

"Kalian lihat bagaimana negara memperlakukan saya. Saya ingin kalian tumbuh dewasa dan mempertimbangkan hal itu," kata sandera itu.

Brigade Al-Qassam menerbitkan cuplikan video sandera yang belum diungkap identitasnya, dengan judul "Soon.. Time Is Running Out..." pada tanggal 19 April 2025.

Beberapa jam kemudian, Brigade Al-Qassam merilis video asli yang memperlihatkan sandera Israel Elkana Bohbot sedang menelepon keluarganya, seperti diberitakan Al Jazeera.

Brigade Al-Qassam telah berulang kali memperingatkan mengenai penundaan Israel dalam melanjutkan perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza, yang menimbulkan risiko terhadap nyawa para tawanan karena pengeboman yang disengaja oleh Israel terhadap lokasi tempat mereka berada.

Sebelumnya, perjanjian gencatan senjata tahap pertama dimulai pada 19 Januari 2025 yang dijadwalkan berlangsung selama 45 hari dan telah membebaskan 33 sandera Israel termasuk delapan jenazah, dengan imbalan pembebasan ribuan warga Palestina dari penahanan Israel.

Mediator dari Qatar dan Mesir terus berusaha mendorong tercapainya kesepakatan baru antara Israel dan Hamas, menyusul dilanjutkannya serangan militer Israel di Jalur Gaza pada 18 Maret 2025.

Sejak Oktober 2023, serangan Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan lebih dari 51.157 warga Palestina tewas dan 116.724 lainnya terluka, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikutip oleh Anadolu Agency.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved