Jumat, 10 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

2 Tahun Perang di Gaza, Ini Data Jumlah Korban dan Kerusakan yang Ditimbulkan oleh Israel

2 tahun sejak Israel melancarkan perang besar-besaran di Gaza, lebih dari 69.000 orang tewas, ratusan ribu lainnya luka-luka, dan rumah-rumah hancur.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
Generated by AI
PERANG DI GAZA - Infografis data jumlah korban dan kerusakan akibat serangan Israel di Gaza selama 2 tahun terakhir, dibuat dengan AI pada 7 Oktober 2025. Dua tahun perang di Gaza, lebih dari 67 ribu warga Palestina tewas dan 169 ribu lainnya luka-luka. 

TRIBUNNEWS.COM – Dua tahun telah berlalu sejak Israel melancarkan perang besar-besaran terhadap warga Palestina di Gaza.

Serangan Israel terhadap Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, sebagai tanggapan atas serangan pejuang Brigade Qassam—sayap bersenjata Hamas—dan kelompok Palestina lainnya, yang mengakibatkan 1.139 orang tewas serta sekitar 240 orang dibawa ke Gaza sebagai tawanan.

Mengutip Al Jazeera, berikut data jumlah korban dan kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan Israel dalam dua tahun terakhir.

1 dari 33 Orang di Gaza Tewas

Serangan Israel selama dua tahun telah menewaskan sedikitnya 67.000 warga Palestina.

Ribuan lainnya masih tertimbun di bawah reruntuhan.

Artinya, sekitar 1 dari setiap 33 orang di Gaza tewas, atau sekitar 3 persen dari populasi sebelum perang.

Sedikitnya 20.000 anak termasuk di antara korban tewas, setara dengan satu anak meninggal setiap jam selama 24 bulan terakhir.

Kementerian Kesehatan Palestina menghitung korban berdasarkan data rumah sakit dan catatan resmi.

Namun, jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi karena tidak mencakup mereka yang masih tertimbun reruntuhan atau dinyatakan hilang.

GAZA DISERANG ISRAEL - Tangkapan layar menunjukkan detik-detik bangunan di Kota Gaza dibom oleh Israel melalui serangan udara pada Senin (15/9/2025).
GAZA DISERANG ISRAEL - Tangkapan layar menunjukkan detik-detik bangunan di Kota Gaza dibom oleh Israel melalui serangan udara pada Senin (15/9/2025). Dua tahun sejak Israel melancarkan perang besar-besaran di Gaza, lebih dari 69.000 orang tewas, ratusan ribu lainnya luka-luka, dan rumah-rumah hancur. (YouTube Al Jazeera)

1 dari 14 Orang di Gaza Terluka

Selain korban tewas, lebih dari 169.000 orang terluka, banyak di antaranya mengalami cedera berat yang mengancam jiwa.

UNICEF memperkirakan, 3.000–4.000 anak di Gaza kehilangan satu atau lebih anggota tubuh.

Beberapa fasilitas kesehatan yang masih beroperasi di wilayah terkepung itu kewalahan karena beroperasi dengan pasokan yang menipis dan hampir tanpa anestesi.

Baca juga: Ekonomi Israel di Ujung Jurang, Dihantui Krisis dan Defisit jika Netanyahu Gagal Akhiri Perang Gaza

125 Rumah Sakit dan Klinik Rusak

Israel telah menyerang hampir seluruh rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Gaza.

Dalam dua tahun terakhir, setidaknya 125 fasilitas kesehatan rusak, termasuk 34 rumah sakit, membuat pasien tak lagi memiliki akses ke layanan medis esensial.

Serangan terhadap rumah sakit dan pemboman berkelanjutan telah menewaskan sedikitnya 1.722 tenaga kesehatan dan pekerja bantuan.

Ratusan lainnya dipaksa meninggalkan bangsal rumah sakit dan sisi tempat tidur pasien, lalu ditahan di penjara atau kamp militer Israel.

Menurut Health Care Workers Watch, hingga 22 Juli pasukan Israel menahan 28 dokter terkemuka, termasuk 18 spesialis senior di bidang vital seperti bedah, anestesiologi, perawatan intensif, dan pediatri, membuat sistem kesehatan Gaza kehilangan keahlian penting.

Dua dokter senior dilaporkan meninggal akibat penyiksaan di tahanan Israel, dan jenazah mereka masih ditahan.

Setidaknya 20 dokter lainnya diculik dari rumah sakit yang diserbu tentara Israel, dari konvoi medis, rumah pribadi, atau saat evakuasi paksa.

Sebagian besar ditahan tanpa dakwaan selama lebih dari 400 hari, termasuk tiga orang yang telah ditahan lebih dari 600 hari.

Penangkapan ini menjadi bagian dari pola serangan yang lebih luas terhadap sistem layanan kesehatan Gaza.

Sejak Oktober 2023, telah terjadi lebih dari 790 serangan terdokumentasi terhadap fasilitas kesehatan, termasuk pemboman udara terhadap rumah sakit, klinik, dan ambulans, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Rumah sakit tidak boleh menjadi target serangan sesuai Konvensi Jenewa Keempat (Pasal 18–22).

Pasal 12 dan 51 juga memberikan perlindungan khusus bagi unit dan personel medis.

Menurut Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional (ICC) Pasal 8(2)(b)(ix), penyerangan yang disengaja terhadap rumah sakit merupakan kejahatan perang.

Kelaparan yang Meluas

Israel dituduh menciptakan kondisi kelaparan di Gaza melalui pembatasan militer yang menghalangi bantuan selama berbulan-bulan, serta sistem distribusi makanan yang membuat warga sering ditembak saat mencoba mengumpulkan makanan.

Sedikitnya 459 orang, termasuk 154 anak, meninggal akibat kelaparan.

Baca juga: Warga Gaza Ragukan Rencana Gencatan Senjata Trump, Harapan dan Rasa Putus Asa Bercampur

Pada 22 Agustus 2025, Sistem Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) yang didukung PBB mengonfirmasi terjadinya kelaparan di Gaza.

Menurut IPC, kelaparan kini terjadi di Kegubernuran Gaza, dan diproyeksikan meluas ke Deir el-Balah dan Khan Younis pada akhir September.

Hampir sepertiga populasi (641.000 orang) diperkirakan menghadapi kondisi bencana (IPC Fase 5).

Kasus malnutrisi anak meningkat tajam: pada Juli saja, lebih dari 12.000 anak mengalami malnutrisi akut, enam kali lipat dibanding awal tahun.

Hampir 1 dari 4 anak menderita malnutrisi akut berat, sementara 1 dari 5 bayi lahir prematur atau dengan berat badan rendah.

Sejak Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung Israel dan AS mengambil alih operasi bantuan pada 27 Mei, organisasi itu memperkenalkan sistem distribusi baru yang mematikan.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 2.600 orang tewas dan 19.000 lainnya terluka akibat tembakan tentara Israel dan kontraktor keamanan GHF ketika mencoba mengumpulkan makanan.

Seorang tentara Israel menyebut, area distribusi tersebut sebagai “ladang pembantaian”.

Harian Haaretz mengutip tentara yang mengaku diperintahkan untuk menembaki warga yang berkumpul di lokasi GHF.

89 persen Infrastruktur Air dan Sanitasi Rusak

Sejak Oktober 2023, Israel secara sistematis menyerang infrastruktur air Gaza yang sudah rapuh.

Sumur, jaringan pipa, instalasi desalinasi, dan sistem pembuangan limbah menjadi sasaran.

Menurut para ahli PBB, 89 persen jaringan air dan sanitasi di Gaza telah rusak atau hancur, membuat lebih dari 96 persen rumah tangga mengalami krisis air.

Otoritas setempat menyebut sebagian besar sistem distribusi air kini hancur total.

Pipa utama rusak, sumur terkontaminasi limbah, dan banyak area tidak dapat diakses akibat pertempuran atau pengungsian paksa.

Kini, hampir separuh penduduk Gaza hidup dengan kurang dari 6 liter air per hari untuk minum dan memasak, sementara 28 persen hanya memiliki kurang dari 9 liter untuk kebutuhan kebersihan—jauh di bawah standar minimum 20 liter per hari untuk kelangsungan hidup darurat.

Baca juga: Kekuasaan Netanyahu di Ujung Tanduk, Oposisi Satukan Kekuatan Jegal PM Israel Jelang Pemilu 2026

Hampir Semua Rumah Hancur atau Rusak

Kehancuran di Gaza hampir total.

Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), hingga Agustus 2025, 92 persen bangunan tempat tinggal dan 88 persen fasilitas komersial telah rusak atau hancur.

Seluruh lingkungan musnah, membuat jutaan warga Palestina kehilangan tempat tinggal.

Analisis satelit oleh UNOSAT PBB menunjukkan bahwa hingga 8 Juli 2025, hampir 78 persen bangunan di Gaza telah hancur.

62 persen penduduk tidak memiliki dokumen kepemilikan properti, proses rekonstruksi diperkirakan akan sangat sulit.

Banyak keluarga menghadapi kemungkinan pengungsian permanen, bahkan jika rekonstruksi suatu hari dimulai.

Menurut penilaian Bank Dunia yang dirilis Februari 2025, kerusakan fisik akibat pemboman Israel mencapai US$55 miliar, mencakup rumah, sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur publik di seluruh Jalur Gaza.

Pendidikan Lumpuh Total

Sistem pendidikan Gaza runtuh akibat perang.

Sekitar 658.000 anak usia sekolah dan 87.000 mahasiswa kehilangan akses belajar karena sekolah dan kampus hancur.

Sedikitnya 780 staf pendidikan tewas, dan 92 persen sekolah kini memerlukan rekonstruksi total.

Lebih dari 2.300 fasilitas pendidikan, termasuk 63 gedung universitas, telah hancur.

Bangunan yang tersisa kini digunakan sebagai tempat berlindung bagi pengungsi.

Ribuan Orang Ditahan di Penjara Israel

Lebih dari 10.800 warga Palestina saat ini ditahan di penjara-penjara Israel dalam kondisi yang digambarkan kelompok HAM sebagai tidak manusiawi, termasuk 450 anak dan 87 perempuan.

Sebagian besar ditangkap dalam penggerebekan di Gaza atau di Tepi Barat yang diduduki.

Banyak dari mereka ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan.

Sedikitnya 3.629 warga Palestina dipenjara di bawah penahanan administratif—kebijakan yang memungkinkan Israel menahan seseorang tanpa batas waktu berdasarkan “bukti rahasia”.

Tempat Paling Mematikan bagi Jurnalis

Hampir 300 jurnalis dan pekerja media tewas di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Media asing dilarang memasuki wilayah kantong tersebut, kecuali beberapa reporter yang menyertai tentara Israel di bawah pengawasan dan sensor militer ketat.

Menurut Proyek Biaya Perang Universitas Brown, jumlah jurnalis yang tewas di Gaza melebihi total gabungan korban jurnalis dalam Perang Saudara AS, Perang Dunia I & II, Perang Korea, Perang Vietnam, konflik Yugoslavia, serta perang pasca-9/11 di Afghanistan.

Bagaimana Kondisi Gaza Sekarang?

Hingga kini, Israel masih terus melancarkan serangan terhadap Gaza.

Mengutip The New Arab, sedikitnya 104 warga Palestina telah tewas sejak Jumat (3/10/2025).

Selain itu, tujuh warga Palestina dilaporkan terluka akibat penembakan Israel di dekat pusat distribusi bantuan di bagian selatan Jalur Gaza.

Perundingan Gencatan Senjata di Mesir Berjalan Positif

Perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Mesir sejauh ini disebut berlangsung “positif”, menurut dua sumber yang dekat dengan tim perunding kelompok Palestina tersebut kepada AFP, Selasa (7/10/2025).

“Perundingan berjalan positif tadi malam, dengan putaran pertama berlangsung selama empat jam,” kata salah satu sumber.

“Perundingan tidak langsung dijadwalkan dilanjutkan pada tengah hari,” tambahnya.

Sumber Palestina lainnya mengonfirmasi bahwa pembicaraan akan dilanjutkan di kota resor Sharm El-Sheikh, Mesir, pada hari yang sama.

“Putaran negosiasi gencatan senjata kali ini mungkin akan berlangsung selama beberapa hari,” ujar sumber lain yang dekat dengan pimpinan Hamas kepada AFP.

“Kami memperkirakan negosiasi ini akan sulit dan kompleks, mengingat niat pendudukan untuk melanjutkan perang pemusnahan,” tambahnya.

Trump Desak Perundingan Dipercepat

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendesak para negosiator untuk “bergerak cepat” dalam upaya mengakhiri perang di Gaza.

Israel dan Hamas diperkirakan akan melanjutkan perundingan tidak langsung guna membahas secara rinci proposal Trump mengenai pertukaran sandera dan gencatan senjata jangka panjang.

Baik Hamas maupun Israel telah menanggapi proposal tersebut secara positif, namun mencapai kesepakatan atas detailnya dinilai akan menjadi proses yang sulit dan kompleks.

Rencana itu mencakup pelucutan senjata Hamas, yang kemungkinan besar akan ditolak oleh kelompok tersebut.

Proposal juga mengatur penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza, namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji akan mengirim kembali pasukan “jauh ke dalam” wilayah Gaza sambil memastikan pembebasan para sandera.

Pertukaran Sandera dan Rencana Gencatan Senjata

Baca juga: Trump Optimistis Soal Gaza, Hari Pertama Perundingan Israel-Hamas di Mesir Berakhir Positif

Menurut AFP, mengutip sumber Palestina, tahap awal pertukaran sandera dan tahanan akan memakan waktu beberapa hari, tergantung pada kondisi di lapangan, termasuk penarikan pasukan Israel, penghentian pemboman, dan penangguhan seluruh operasi udara.

Negosiasi bertujuan untuk menentukan tanggal dimulainya gencatan senjata sementara, kata seorang pejabat Hamas.

Tahap pertama rencana tersebut mencakup pembebasan 47 sandera yang ditawan di Gaza, dengan imbalan ratusan tahanan Palestina.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan siap membantu pemulangan sandera dan tahanan, serta memfasilitasi akses bantuan kemanusiaan di seluruh Gaza, di mana PBB telah menyatakan situasi kelaparan.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved