Sabtu, 1 November 2025

Proyek Kereta Cepat

Pertanyakan Kerja Sama Whoosh Beralih ke China, Profesor NTU: Xi Bawa Proyek yang Diinginkan Jokowi

Profesor NTU, Sulfikar Amir, mempertanyakan alasan pemerintah Indonesia mengalihkan kerja sama dari Jepang ke China dalam hal proyek Whoosh.

Setkab Biro Setpres
PROYEK KERETA CEPAT WHOOSH - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu secara bilateral dengan Presiden China atau Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping, di Great Hall of the People, Beijing, pada Selasa (17/10/2023). Dalam program ROSI di KompasTV yang tayang pada Kamis (30/10/2025), Profesor NTU, Sulfikar Amir, mempertanyakan alasan pemerintah Indonesia mengalihkan kerja sama dari Jepang ke China terkait proyek Whoosh. 

Tidak lama setelahnya, China mengirimkan proposalnya pada 11 Agustus 2015, dengan tawaran harga pembangunan jauh lebih murah dan mendapat dukungan dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2014-2019, Rini Soemarno.

China kemudian menawarkan nilai investasi yang lebih murah dari Jepang, yakni sebesar 5,5 miliar dollar AS dengan skema investasi 40 persen kepemilikan China dan 60 persen kepemilikan lokal, yang berasal dari konsorsium BUMN.

Dari estimasi investasi tersebut, sekitar 25 persen akan didanai menggunakan modal bersama dan sisanya berasal dari pinjaman dengan tenor 40 tahun dan bunga 2 persen per tahun.

Selain itu, berbeda dengan tawaran Jepang, China menjamin pembangunan kereta cepat tak menguras dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) Indonesia.

Tawaran China lainnya yang berbeda dengan proposal Jepang, adalah mereka mengeklaim akan terbuka soal transfer teknologi kepada Indonesia.

Dengan keuntungan yang ditawarkan, pemerintah Indonesia pun akhirnya berpaling dan memilih proposal yang ditawarkan China, meski hal itu menimbulkan kekecewaan pemerintah Jepang.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, Kompas.com/Muhammad Idris)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved