Rabu, 19 November 2025

Telepon Prabowo, Defence Supporting Economy, dan 7 Jam Bersama Sjafrie Sjamsoeddin

Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin berbicara soal arah kebijakan militer di bawah pemerintahan Prabowo Subianto.

|
Penulis: Dahlan Dahi
Tribunnews.com/Dahlan Dahi
PENJELASAN MENTERI PERTAHANAN - Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin memberikan penjelasan kepada pemimpin redaksi dan wartawan senior di dalam pesawat Airbus A400m dalam penerbangan perdana dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (16/11/2025). 

Pilot langsung dari Airbus

Butuh waktu bagi pilot Indonesia untuk menerbangkannya langsung, kendati sudah ada pilot TNI yang dilatih.

Ruang dalam pesawat, yang begitu tinggi dan memungkinkan untuk di-setting dua lantai, di-custom menjadi pesawat VIP militer. Kursi VVIP, tempat Sjafrie duduk, dilengkapi meja di depannya.

Hercules C130, yang bisa mengangkut 92 penerjun untuk deploy pasukan, adalah buatan Amerika Serikat.

Pembelian Airbus A400m sebagai pesawat angkut militer mengubah arah: Airbus, yang bisa mengangkut 100-an penerjun, buatan Eropa. Kiblat berpindah.

Indonesia juga memperkuat armada pesawat tempur. Bukan dari Amerika Serikat, melainkan dari Perancis, Turki, dan China.

Dari Perancis, Indonesia akan membeli Dassault Rafale (42 unit, akan tiba bertahap awal 2026), dari China pesawat tempur J-10C, dan pesawat siluman dari Turki, KAAN. Indonesia sedang memperbanyak teman.

Blank Spot

Wilayah yang luas, dari Papua ke Aceh, dengan 17 ribu pulau, merupakan tantangan strategis yang unik bagi pertahanan Indonesia. Kata Sjafrie, luas Indonesia 7,7 juta km2. Lautnya luas, 5,8 juta km2. 

Bayangkan Anda membangun rumah dengan area hampir 6 juta km2, yang sebagian besar tidak bisa dimonitor satpam dan CCTV. Anda tidak akan tahu siapa tamu, siapa pencuri.

Selat Malaka adalah chokepoint, celah laut yang penting, satu dari tiga chokepoint terbesar di dunia. Sekitar 25-30 persen perdagangan dunia melewati Selat Malaka. Yang juga penting: 60-70 persen pasokan energi ke Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok (China) melewati Selat Malaka.

Kontrol atas Selat Malaka strategis. Jika misalnya Selat Malaka ditutup, rute pelayaran akan sangat panjang, melewati Australia. Ingat ketika celah sempit di Laut Merah bermasalah.

Rantai pasokan dunia bermasalah. Kapal-kapal kargo harus melewati rute yang panjang, sampai Afrika, mengakibatkan inefisiensi waktu dan biaya. 

Di udara, masih banyak ruang yang belum bisa di-cover radar. Masih banyak ruang gelap dalam monitor radar nasional kita. Banyak blank spot. 

Misalnya, pesawat hilang di satu blank spot, tidak ada jejaknya sama sekali. Demikian pula kalau pesawat asing lewat di area blank spot itu, sulit untuk mengetahuinya, apalagi mencegahnya.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved