Kamis, 20 November 2025

Penyandang Disabilitas Didorong Ikut Terlibat dalam Riset Demi Hasil yang Lebih Inklusif

Mahretta Maha menegaskan bahwa pelibatan periset disabilitas berpengaruh langsung pada relevansi desain riset.

Tribunnews.com/Fersianus Waku
RISET PENYANDANG DISABILITAS  - Forum Knowledge and Innovation Exchange (KIE) yang diselenggarakan KONEKSI, Kemitraan Pengetahuan Australia–Indonesia di Yogyakarta, Rabu (19/11/2025). 

 

Ringkasan Berita:
  • Pelibatan kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas, sejak tahap persiapan hingga diseminasi hasil penelitian dinilai krusial
  • Empat periset penyandang disabilitas membagikan pengalaman mereka terkait tantangan dan harapan dalam implementasi penelitian
  • Pelibatan periset disabilitas berpengaruh langsung pada relevansi desain riset

 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Pelibatan kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas, sejak tahap persiapan hingga diseminasi hasil penelitian dinilai krusial untuk memastikan riset yang benar-benar inklusif. 

Hal itu mengemuka dalam Knowledge and Innovation Exchange (KIE) yang diselenggarakan KONEKSI, Kemitraan Pengetahuan Australia–Indonesia di Yogyakarta, Rabu (19/11/2025).

Baca juga: DNIKS Dukung Langkah Pramono Jadikan Jakarta Model Pelayanan Disabilitas

Dalam sesi bertajuk “GEDSI in Research Practice: Addressing Climate Change Without Leaving Anyone Behind,” empat periset penyandang disabilitas membagikan pengalaman mereka terkait tantangan dan harapan dalam implementasi penelitian yang mengusung prinsip kesetaraan dan inklusi. 

Pembahasan menyoroti empat prinsip riset inklusif: rekognisi, partisipasi, akomodasi, dan redistribusi.

Perwakilan Forum Inklusi Disabilitas (Fidakama) Kabupaten Magelang, Edi Susanto, menekankan pentingnya dukungan sejak awal. 

Edi mencontohkan, dari proses kaderisasi enumerator di desa, terdapat sekitar 60 penyandang disabilitas yang potensial dilibatkan.

"Kami memberikan dukungan dan semangat agar mereka nyaman bersosialisasi di masyarakat. Pasalnya, sampai hari ini, masih ada beberapa pandangan negatif yang mengira bahwa penyandang disabilitas tidak bisa apa-apa. Maka itu, pembentukan organisasi disabilitas, yang dikukuhkan dengan surat keputusan (SK) Kepala Desa, jadi langkah penting untuk keberlanjutan, karena dana desa dapat dialokasikan untuk mendukung perkembangan mereka," kata Edi dalam paparannya. 

Pandangan serupa disampaikan perwakilan Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Jakarta, Mahretta Maha. Ia menegaskan bahwa pelibatan periset disabilitas berpengaruh langsung pada relevansi desain riset.

"Tanpa pelibatan teman disabilitas, desain penelitian yang sebelumnya dibuat mungkin belum mengakomodasi kebutuhan rentan. Dampaknya, baik metode penelitian maupun masukannya menjadi tidak relevan," ujarnya.

Baca juga: 4 Warga Karawang jadi Tersangka Penganiayaan, Anak Disabilitas Tewas Dituduh Maling

Perwakilan LIRA Disability Care, Mira Aulia, menambahkan bahwa ikatan, kepercayaan, dan relasi setara antara responden dan periset merupakan faktor yang tidak dapat digantikan.

"Sejatinya, data-data inklusif yang didapat hanya akan muncul bila proses penelitiannya dilakukan secara inklusif, lewat pelibatan penuh periset penyandang disabilitas, mulai dari perencanaan hingga implementasinya," tegasnya. 

Sementara itu, Elo Kusuma Alfred Mandeville dari Australia–Indonesia Disability Research and Advocacy Network (AIDRAN) menyoroti pentingnya pemahaman ragam klasifikasi disabilitas, termasuk yang tidak tampak secara kasat mata. 

Elo mencontohkan kondisi low vision yang sering kali tidak dikenali secara cepat.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved