Demo Sopir Truk Tolak Kebijakan ODOL di Jatim dan Jateng: Turut Berduka Matinya Keadilan
Ribuan sopir truk demo serentak di Jawa Timur dan Jawa Tengah tolak Zero ODOL 2026. Mereka menuntut keadilan dan revisi regulasi.
Editor:
Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAWA- Ribuan sopir truk dari berbagai penjuru Jawa Timur dan Jawa Tengah turun ke jalan pada Kamis (19/6/2025), dalam aksi protes masif menolak kebijakan Zero Over Dimension Over Loading (ODOL) yang rencananya akan diberlakukan mulai 2026.
Aksi ini bukan sekadar mogok kerja.
Para sopir menyuarakan jeritan hati yang selama ini terpinggirkan, sambil membawa simbol duka: kain putih bertuliskan “Turut Berduka Matinya Keadilan Bagi Sopir”.
Aksi besar ini terpusat di beberapa titik utama.
Di Surabaya, long march dilakukan dari Bundaran Waru hingga Kantor Gubernur Jawa Timur.
Sementara di Klaten, ratusan truk memenuhi area Sub Terminal Delanggu.
Mereka datang bukan hanya membawa kendaraan, tapi juga tuntutan, harapan, dan amarah.
Baca juga: Menhub Dudy: Integrasi Data Angkutan Jadi Langkah Awal Awasi Penanganan ODOL

Simbol Duka dan Long March 1.000 Meter
Di depan Gedung Dishub Jawa Timur, iring-iringan 785 truk dari 84 elemen sopir membentangkan bendera merah putih sepanjang 1.000 meter.
Massa yang tergabung dalam Gerakan Sopir Jawa Timur (GSJT) juga membawa keranda mayat sebagai simbol "kematian keadilan".
“Semua yang tertuang dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 itu yang terdampak langsung adalah sopir. Sedangkan pengusaha tidak pernah tersentuh,” ujar Ketua GSJT, Angga Firdiansyah.
Aksi teatrikal ini tak hanya menyentuh emosi, tapi juga menyampaikan satu pesan kuat: sopir merasa dikorbankan oleh sistem.
Tuntutan: Ubah UU, Hentikan Kriminalisasi, Tegakkan Keadilan
Ada lima poin utama yang disuarakan para sopir dalam aksi ini:
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.