Rabu, 29 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Sebagian Ukraina Gelap Gulita usai Digempur 450 Drone dan Rudal Hipersonik Rusia, Ada Korban Tewas

450 drone rusia bombardir Ukraina, Jumat (10/10/2025). Akibatnya terdapat korban tewas hingga sebagian Ukraina gelap gulita.

Editor: Nuryanti
Kementerian Pertahanan Rusia
RUDAL RUSIA - Foto yang diambil dari laman Kementerian Pertahanan Rusia tanggal 4 Maret 2025 memperlihatkan sebuah rudal Rusia ditembakkan tahun 2024. 

TRIBUNNEWS.COM - Malam mencekam menyelimuti Ukraina setelah gelombang serangan rudal dan drone Rusia melumpuhkan sebagian besar jaringan listrik di ibu kota Kyiv dan delapan wilayah lainnya, Jumat (10/10/2025).

Sedikitnya satu anak tewas, puluhan warga terluka, dan jutaan orang mengalami pemadaman listrik serta gangguan air bersih.

Pihak berwenang Kyiv melaporkan bahwa lebih dari 540.000 pelanggan telah kembali mendapatkan pasokan listrik, namun ribuan rumah masih gelap gulita pada Jumat pagi.

Di wilayah Zaporizhzhia, seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun tewas dan tujuh orang terluka. Sepuluh lainnya mengalami luka-luka di wilayah Cherkasy.

Serangan kali ini, yang disebut Kementerian Pertahanan Rusia sebagai operasi “besar-besaran” dengan senjata presisi tinggi dan rudal hipersonik, diklaim menargetkan fasilitas energi yang mendukung industri militer Ukraina.

Namun, dampaknya justru menghancurkan infrastruktur sipil dan memutus akses energi jutaan warga.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam keras serangan tersebut dan menyerukan tindakan tegas dari negara-negara sekutu.

“Yang dibutuhkan bukanlah kata-kata kosong, tetapi tindakan nyata dari Amerika Serikat, Eropa, dan G7, memberikan sistem pertahanan udara dan memperkuat sanksi,” tulis Zelensky di media sosial, mengutip BBC.

Zelensky menyebut bahwa lebih dari 450 drone dan 30 rudal ditembakkan Rusia ke berbagai wilayah Ukraina.

Ia menggambarkan serangan itu sebagai “sinis dan diperhitungkan”, serta menuduh Moskow menggunakan dingin dan gelap sebagai senjata teror menjelang musim dingin.

Hingga Jumat pagi, lebih dari 5.800 bangunan tempat tinggal di Kyiv masih tanpa listrik, terutama di distrik timur kota.

Serangan juga memicu kebakaran di sebuah gedung 10 lantai, yang berhasil dipadamkan oleh petugas darurat.

Selain listrik, pasokan air di lebih dari 7.000 bangunan sempat terputus berjam-jam, sementara transportasi umum, termasuk kereta bawah tanah, terpaksa menghentikan layanan di sejumlah stasiun.

Pemerintah kota kemudian mendirikan “tenda tak terkalahkan”, tempat warga dapat mengisi daya ponsel dan mendapatkan air panas.

Baca juga: Baltik Siaga Perang, Pesawat Pengebom Rusia Terbang 1.000 Km Per Jam Serang Target di Dekat NATO 

Menteri Energi Ukraina Svitlana Hrynchuk menyebut serangan itu sebagai salah satu yang terbesar sejak invasi Rusia dimulai pada 2022.

“Tepat tiga tahun lalu, sistem tenaga kami diserang besar-besaran. Hari ini, Rusia kembali menggunakan dingin dan gelap sebagai alat teror,” ujarnya.

Untuk menstabilkan jaringan, Ukraina memberlakukan pemadaman darurat di wilayah Kyiv, Sumy, Kharkiv, Poltava, Dnipropetrovsk, Donetsk, Kirovohrad, dan Zaporizhzhia.

Dalam wawancara dengan BBC, Zelensky mengatakan akan mendesak Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer agar bergabung dengan program PURL, di mana negara-negara NATO membeli senjata dari AS untuk Ukraina.

Downing Street kemudian mengonfirmasi keduanya telah berbicara dan sepakat menyiapkan sanksi tambahan terhadap Rusia dalam waktu dekat.

Serangan terbaru ini menandai eskalasi baru dalam strategi Moskow yang menargetkan infrastruktur energi Ukraina menjelang musim dingin, sebuah upaya yang oleh banyak pengamat disebut sebagai “perang melawan cahaya dan kehidupan” bagi rakyat Ukraina.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved