5 Populer Internasional: Hamas Setuju Komite Palestina Ambil Alih Gaza - Timor Leste Gabung ASEAN
Rangkuman berita populer internasional dalam 24 jam terakhir, di antaranya Hamas menyetujui untuk menyerahkan kendali Gaza kepada Komite Palestina.
Ringkasan Berita:
- Rangkuman berita populer internasional dalam 24 jam terakhir
- Hamas dan faksi lainnya menyetujui visi awal Mesir untuk menyerahkan kendali Jalur Gaza kepada komite Palestina.
- Sementara itu, Timor Leste gabung ASEAN, akhir penantian panjang selama 14 tahun
TRIBUNNEWS.COM - Dunia internasional diramaikan oleh sejumlah peristiwa besar, di antaranya keputusan Hamas dan faksi lainnya untuk menyetujui Komite Palestina mengambil alih Gaza.
Sementara itu, Timor Leste resmi bergabung dengan ASEAN setelah penantian selama 14 tahun.
Berikut berita populer internasional selengkapnya.
1. Hamas dan Faksi Lain Setuju Komite Palestina Ambil Alih Gaza
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan faksi Palestina lainnya menyampaikan persetujuan awal mereka terhadap nama-nama komite administratif yang diusulkan untuk memerintah Jalur Gaza.
Mediator Mesir menyampaikan visinya untuk hari setelah perang di Gaza kepada faksi-faksi Palestina.
Visi tersebut adalah Jalur Gaza akan dikelola oleh komite yang beranggotakan orang-orang kompeten yang tetap berada di Gaza selama perang.
Selain Mesir, perundingan itu ditengahi oleh Qatar dan diawasi oleh AS dan Turki.
Setelah faksi-faksi Palestina menyetujui visi awal tersebut, Mesir segera menyampaikan visinya kepada Israel dan Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya, delegasi Hamas mengikuti perundingan yang berlangsung di Kairo, Mesir pada Jumat (24/10/2025).
Perundingan tersebut merupakan kelanjutan untuk membahas fase berikutnya dari perjanjian gencatan senjata tahap pertama yang berlaku sejak 10 Oktober lalu.
"Kami berada di Kairo hari ini untuk menindaklanjuti langkah-langkah terkait implementasi perjanjian Sharm el-Sheikh dan menegaskan keseriusan Hamas dan faksi-faksi Palestina dalam melanjutkan implementasi ketentuan-ketentuannya," kata Hussam Badran, anggota biro politik Hamas kepada Al-Qahera News Channel, Jumat.
Berdasarkan proposal Trump, diskusi fase kedua gencatan senjata mencakup rencana pengerahan pasukan penjaga perdamaian di Gaza, penarikan tentara Israel, pelucutan senjata Hamas, dan pembentukan badan administratif sementara (Dewan Perdamaian) yang dipimpin Presiden AS Trump.
Israel menolak untuk memulai fase kedua hingga Hamas menyelesaikan penyerahan semua jenazah sandera yang tersisa di Gaza, menurut laporan media Israel.
Baca juga: Di Forum ASEAN, Menlu RI Ingatkan Kejahatan Siber Sudah Merebak Jadi Ancaman Serius di Asia Tenggara
2. Timor Leste Gabung ASEAN, Akhir Penantian Panjang Selama 14 Tahun
Timor Leste secara resmi menyerahkan Instrumen Aksesinya terhadap Piagam ASEAN dan Perjanjian Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ).
Langkah ini menandai diterimanya negara muda itu sebagai anggota ke-11 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Upacara peresmian masuknya Timor Leste digelar khidmat di Kuala Lumpur dan dihadiri oleh sejumlah pemimpin negara anggota, diplomat, serta pejabat tinggi ASEAN.
Sekaligus jadi momen bersejarah ini bertepatan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-47 ASEAN yang digelar di Kuala Lumpur akhir pekan ini.
Menteri Luar Negeri Malaysia, Datuk Seri Mohamad Hasan, yang juga memimpin acara tersebut, menyebut momen itu sebagai “tonggak bersejarah bagi integrasi regional Asia Tenggara.”
“Hari ini, kita menyambut Timor-Leste sebuah bangsa yang dibangun atas keberanian, keteguhan, dan harapan ke dalam keluarga besar ASEAN,” ujar Mohamad Hasan dalam pidatonya, sebagaimana dikutip dari Malay Mail.
Akhir Penantian Panjang Selama 14 Tahun
Proses keanggotaan Timor Leste tidak berlangsung singkat.
Sejak permohonan resminya diajukan ke Sekretariat ASEAN pada 2011, negara muda tersebut harus melalui serangkaian tahap evaluasi ketat.
Hal ini dilakukan guna memastikan kesiapan Timor-Leste di bidang politik, ekonomi, administrasi pemerintahan, serta diplomasi internasional.
ASEAN juga menugaskan tiga studi kelayakan utama masing-masing dari pilar politik-keamanan, ekonomi, dan sosial budaya untuk menilai sejauh mana Timor-Leste dapat memenuhi komitmen dan tanggung jawab sebagai anggota penuh.
3. Karier Netanyahu Diujung Tanduk, Mayoritas Warga Israel Menolaknya Kembali Berkuasa
Popularitas Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampaknya kian menurun tajam di penghujung tahun 2025.
Jajak pendapat terbaru yang dirilis oleh media lokal Israel Channel 12 menunjukkan bahwa mayoritas warga Israel tidak menginginkan Netanyahu kembali mencalonkan diri dalam pemilihan umum berikutnya.
Menurut hasil survei tersebut, 52 persen responden menolak Netanyahu maju lagi.
Sementara 41 persen menyatakan masih mendukungnya, dan 7 persen memilih tidak memberikan pendapat.
Angka ini memperlihatkan penurunan signifikan dalam dukungan terhadap perdana menteri paling lama menjabat dalam sejarah Israel itu.
Pengamat politik menilai anjloknya dukungan publik disebabkan oleh kombinasi faktor politik, hukum, dan sosial yang semakin menekan pemerintahannya.
Alasan Popularitas Netanyahu Merosot
Salah satu penyebab utama adalah serangkaian kasus korupsi yang menjeratnya.
Netanyahu belakangan diketahui tengah menghadapi tuduhan suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan dalam beberapa skandal yang melibatkan pemberian hadiah mewah dan kesepakatan dengan media besar.
Selain skandal hukum, Netanyahu juga dinilai gagal mengelola berbagai krisis besar yang melanda Israel.
Pada masa pandemi COVID-19, pemerintahannya sempat mendapat pujian, namun kemudian menuai kritik karena kebijakan yang tidak konsisten dan dianggap lebih politis daripada berbasis sains.
Krisis kepercayaan itu diperparah oleh reformasi peradilan kontroversial yang digagas Netanyahu bersama koalisinya.
4. Rusia Kirim Negosiator Ekonomi ke AS setelah Sesumbar Kebal Sanksi
Negosiator ekonomi terkemuka Rusia, Kirill Dmitriev, tiba di Washington untuk berunding dengan pemerintah Amerika Serikat (AS).
Kunjungan itu terjadi dua hari setelah Presiden AS Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Moskow, Rosneft dan Lukoil serta 34 anak perusahaan mereka.
Utusan Rusia itu hanya menyebutkan kunjungannya untuk membahas masa depan AS-Rusia dan posisi Rusia dalam negosiasi perang Ukraina.
"Tiba di AS untuk melanjutkan dialog AS-Rusia – kunjungan yang direncanakan beberapa waktu lalu berdasarkan undangan dari pihak AS," kata Kirill Dmitriev di X, Jumat (24/10/2025).
Dmitriev juga mengatakan, ia tidak yakin sanksi AS yang baru-baru ini dijatuhkan kepada perusahaan minyak Rusia akan berdampak signifikan terhadap perekonomian Rusia.
"Harga minyak dunia akan naik dan Rusia akan menjual lebih sedikit galon minyak, tetapi dengan harga yang lebih tinggi," katanya, lapor CNN.
Selain itu, Dmitriev mengatakan, pertemuan antara Donald Trump dan Putin akan terjadi, tetapi mungkin di kemudian hari.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut, keputusan Trump sebagai langkah yang tidak bersahabat dan yakin ekonomi Rusia tidak akan terdampak secara signifikan.
Trump menanggapi reaksi Putin dengan mengatakan, "Saya senang dia merasa seperti itu. Itu bagus. Saya akan memberi tahu Anda enam bulan dari sekarang."
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengungkapkan keraguannya terhadap potensi dampak ekonomi setelah AS menjatuhkan sanksi minyak kepada Rusia.
"Kita lihat saja nanti. Kita lihat apa yang terjadi dalam enam bulan. Kita lihat apa yang kita miliki sekarang. Kita lihat apa yang terjadi setahun yang lalu, dua tahun yang lalu. Kita lihat apa yang terjadi dalam enam bulan dan setahun lagi," kata Dmitry Peskov, dikutip dari Russia Today.
5. Remaja Selandia Baru Telan 100 Magnet, Dokter Terpaksa Angkat Bagian Usus yang Rusak
Seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun di Selandia Baru menelan hingga 100 magnet berkekuatan tinggi yang dibelinya secara online.
Remaja itu dibawa ke Rumah Sakit Tauranga di Pulau Utara setelah menderita sakit perut selama empat hari.
“Dia mengungkapkan telah menelan sekitar 80-100 magnet berkekuatan tinggi (neodymium) berukuran 5x2 mm sekitar 1 minggu sebelumnya,” kata dokter rumah sakit dalam sebuah laporan di New Zealand Medical Journal, Jumat (24/10/2025).
Magnet tersebut, yang telah dilarang di Selandia Baru sejak Januari 2013, dibeli di platform belanja daring Temu.
Sinar-X menunjukkan magnet-magnet telah menggumpal menjadi empat garis lurus di dalam usus anak tersebut.
“Ini tampaknya berada di bagian usus terpisah yang saling menempel karena gaya magnet,” kata mereka.
Laporan tersebut tidak menyebutkan alasan remaja tersebut menelan magnet-magnet itu dan tanggal operasinya.
Baca juga: Trump Ultimatum Netanyahu, Ancam Cabut Dukungan untuk Israel jika Nekat Caplok Tepi Barat
Dokter mengatakan tekanan magnet telah menyebabkan nekrosis (kematian jaringan) di empat area usus halus dan sekum anak laki-laki itu, yang merupakan bagian dari usus besar.
Dokter bedah melakukan operasi untuk mengangkat jaringan mati dan mengambil magnet, dan anak tersebut dapat kembali ke rumah setelah delapan hari di rumah sakit.
(Tribunnews.com)
POPULER INTERNASIONAL
Hamas
Gaza
Palestina
Konflik Palestina Vs Israel
ASEAN
Timor Leste
Meaningful
Israel
Benjamin Netanyahu
Amerika Serikat
| Timor Leste Gabung ASEAN, Akhir Penantian Panjang Selama 14 Tahun |
|
|---|
| Indonesia Legalkan Umrah Mandiri, Ini Mekanisme Pelaksanaannya |
|
|---|
| Karier Diujung Tanduk, Mayoritas Warga Israel Tak Tolak Netanyahu Kembali Berkuasa |
|
|---|
| Rusia Kirim Negosiator Ekonomi ke AS setelah Sesumbar Kebal Sanksi |
|
|---|
| Hamas dan Faksi Lain Setuju Komite Palestina Ambil Alih Gaza |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.