Jumat, 31 Oktober 2025

Polisi Brasil Gerebek Geng Narkoba di Rio de Janeiro, 119 Orang Tewas dalam Operasi Berdarah

Operasi polisi di Rio de Janeiro berubah menjadi tragedi. Sedikitnya 119 orang tewas dalam penggerebekan terhadap geng narkoba terbesar di kota itu.

|
Tangkap layar YouTube France24
PERANG NARKOBA BRASIL - Gambar dari tangkap layar YouTube France24, Kamis (30/10/2025), sedikitnya 119 orang tewas, termasuk empat petugas kepolisian kala Brasil perang besar melawan mafia narkoba, Selasa (28/10/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Operasi polisi besar-besaran di Rio de Janeiro berakhir tragis, menewaskan sedikitnya 119 orang termasuk empat petugas.
  • Aksi yang menargetkan geng narkoba Comando Vermelho ini disebut sebagai penggerebekan paling mematikan dalam sejarah Brasil.
  • Menurut The New York Times, bentrokan terjadi di kawasan padat Complexo da Penha dan Alemão.
  • Presiden Lula da Silva mengaku ngeri, sementara PBB mengecam tingginya korban dan menyerukan penyelidikan atas pelanggaran HAM.

TRIBUNNEWS.COM - Brasil perang besar melawan mafia narkoba

Operasi besar-besaran polisi Brasil di Rio de Janeiro dalam perangi mafia narkoba berujung tragis.

Sedikitnya 119 orang tewas, termasuk empat petugas kepolisian.

Serangan itu menargetkan kelompok narkoba Comando Vermelho, organisasi kriminal paling berpengaruh di kota tersebut.

Menurut laporan The New York Times, penggerebekan yang digelar Selasa (28/10/2025).

Sekitar 2.500 aparat bersenjata terlibat dalam operasi yang berlangsung di wilayah Complexo da Penha dan Complexo do Alemão.

Complexo da Penha dan Complexo do Alemão merupakan dua kawasan padat di utara Rio.

Gubernur negara bagian Rio, Claudio Castro, mengatakan sebagian besar korban adalah anggota geng bersenjata.

Akan tetapi, laporan independen menyebut angka kematian bisa mencapai 132 orang.

Kepala keamanan negara bagian Rio, Victor Santos, mengakui bahwa “tingginya tingkat kematian akibat operasi ini sudah diperkirakan, tetapi tidak diinginkan.”

Sejumlah warga menuduh polisi melakukan eksekusi di tempat.

Baca juga: ICC Dakwa Rodrigo Duterte atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba Filipina

“Negara datang untuk pembantaian, bukan operasi.".

"Mereka datang langsung untuk membunuh,” ujar seorang warga kepada AFP.

Beberapa saksi mata mengatakan banyak korban ditembak di kepala dan punggung.

Aktivis lokal, Raul Santiago, menyebut tindakan tersebut tidak bisa dianggap sebagai upaya penegakan hukum.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved