Sabtu, 1 November 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Seputar Rudal Burevestnik Bertenaga Nuklir Terbaru Rusia: Benarkah Tak Bisa Ditangkis NATO?

Rudal Burevestnik diklaim senjata tak terkalahkan, jangkauan hampir tak terbatas, mampu menghindari pertahanan rudal Amerika.

Kementerian Pertahanan Rusia / TASS
UJI COBA RUDAL - Rudal yang diuji coba militer Rusia. Belakangan, Moskow dilaporan bersiap melakukan pengujian terbaru rudal bertenaga nuklir mereka, Burevestnik. 

Seputar Rudal Burevestnik Bertenaga Nuklir Terbaru Rusia: Benarkah Tak Bisa Ditangkis NATO?
 

TRIBUNNEWS.COM - Pada Minggu (26/10/2025) kemarin, Rusia mengumumkan kalau mereka telah berhasil melakukan uji coba terakhir rudal jelajah bertenaga nuklir, Burevestnik.

Presiden Vladimir Putin menggambarkan rudal tersebut sebagai "senjata unik yang tidak dimiliki negara lain," dan mengklaim rudal tersebut memiliki "jangkauan tak terbatas."

Baca juga: NATO: Rusia Sedang Bangun Markas Nuklir Terbesar di Dunia di Kutub Utara yang Mengarah ke Amerika

Ia juga memerintahkan persiapan "infrastruktur untuk menempatkan senjata ini dalam layanan Angkatan Bersenjata Rusia."

Peluncuran rudal ini sebuah langkah yang diambil Moskow di tengah perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan ketidakpastian atas pertemuan puncak perdamaian baru dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Berikut ulasan seputar kemampuan Burevestnik dan apa yang mungkin ditandakan oleh waktu peluncuran uji coba terbarunya:

Biaya Mahal Tapi Belum Tentu Efektif

Burevestnik adalah salah satu dari enam senjata strategis yang diluncurkan Putin pada tahun 2018 sebagai bagian dari persenjataan nuklir baru Rusia.

Saat itu, ia memujinya sebagai senjata "tak terkalahkan" dengan jangkauan yang hampir tak terbatas, yang mampu menghindari pertahanan rudal Amerika.

Selain jangkauannya yang dinyatakan tak terbatas, para ahli  mengatakan  Burevestnik memiliki keunggulan lain — kemampuan untuk menyerang dari arah yang tidak dapat diprediksi, yang secara teoritis akan memungkinkannya untuk menerobos  sistem pertahanan rudal AS di masa mendatang.

Namun para ahli dan analis mempertanyakan kepraktisan rudal tersebut dan keuntungan yang ditawarkannya dibandingkan sistem yang ada.

Burevestnik "sangat mirip dengan rudal jelajah lain yang dikembangkan di Rusia," ujar Pavel Podvig, direktur Proyek Pasukan Nuklir Rusia.

"Fitur utamanya tampaknya adalah mesin bertenaga nuklir, yang memberinya kemampuan jangkauan hampir tak terbatas."

Media bisnis independen The Bell menyebut Burevestnik sebagai senjata “yang sangat mahal” dengan “nilai praktis yang diragukan.” 

"Alasan utama tidak ada negara yang membuat sistem persenjataan ini adalah karena senjata ini tidak terlalu efektif, jadi tidak ada pembenaran nyata untuk membangun sesuatu seperti itu," kata Podvig.

Dia setuju bahwa sulit untuk melihat peran praktis dari senjata semacam Burevestnik.

Meskipun biaya pastinya belum diungkapkan, The Bell mengatakan biayanya sebanding dengan biaya rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam Bulava, yang harganya sekitar $ 10 miliar atau setara Rp 166 triliun.

Jeffrey Lewis, pakar nonproliferasi nuklir di Middlebury Institute, membantah kalau Burevestnik “tak terkalahkan” dan mengatakan bahwa “pesawat NATO dapat mencegatnya.”

"Masalahnya adalah Burevestnik hanyalah langkah lain dalam perlombaan senjata yang tidak memberikan keuntungan nyata bagi kedua belah pihak,” tulis Lewis di X.

Kemungkinan munculnya sistem peluncuran untuk menguji 9M730 Burevestnik
Kemungkinan munculnya sistem peluncuran untuk menguji 9M730 Burevestnik (Defence Express)

Pengujian

Rekaman video yang dirilis Kremlin pada hari Minggu menunjukkan Putin mengenakan kamuflase militer bersama Kepala Staf Umum Valery Gerasimov, yang memberi tahu Putin tentang uji coba Burevestnik yang dilakukan pada 21 Oktober.

Rudal itu terbang selama sekitar 15 jam dan menempuh jarak 14.000 kilometer, menurut Gerasimov, yang menambahkan bahwa jangkauan maksimum senjata itu bahkan lebih tinggi.

“Selama penerbangan, rudal tersebut menyelesaikan semua manuver vertikal dan horizontal yang ditentukan, menunjukkan kemampuan tinggi untuk menghindari sistem pertahanan rudal dan pertahanan udara,” kata Gerasimov .

“Karakteristik teknis Burevestnik secara umum memungkinkan penggunaannya dengan akurasi terjamin terhadap target yang sangat terlindungi pada jarak berapa pun,” ujarnya.

Burevestnik sudah menjadi berita utama pada tahun 2019 setelah uji coba yang dilaporkan gagal menyebabkan misi pemulihan yang mematikan di wilayah Arkhangelsk. 

Pada saat itu, badan meteorologi Rusia Roshydromet melaporkan tingkat radiasi di sana melebihi norma empat hingga 16 kali lipat menyusul ledakan di lokasi uji yang menewaskan lima orang.

Konfirmasi pengujian Burevestnik bulan ini muncul setelah berbulan-bulan citra satelit dan peringatan navigasi menunjukkan peluncuran yang akan datang.

Senjata yang 'tidak pantas' 

Trump pada Senin mengkritik pengumuman mitranya dari Rusia tentang uji coba rudal jelajah bertenaga nuklir sebagai "tidak tepat," mengingat upaya Washington untuk merundingkan kesepakatan damai di Ukraina.

"Dia seharusnya mengakhiri perang [di Ukraina]. Perang yang seharusnya berlangsung selama satu minggu kini akan segera memasuki tahun keempat. Itulah yang seharusnya dia lakukan, alih-alih menguji coba rudal," kata Trump kepada para wartawan di dalam Air Force One.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa "tidak ada hal di sini yang dapat atau seharusnya 'memperburuk' hubungan antara Moskow dan Washington, terutama mengingat hubungan ini sudah berada pada tingkat minimal." 

Namun mantan diplomat Rusia Boris Bondarev mengatakan pengumuman Moskow mengenai uji coba Burevestnik terbaru “bukanlah suatu kebetulan.”

Dalam opini yang dimuat di The Moscow Times, Bondarev mencatat bahwa hal ini "bertepatan sekali" dengan sanksi baru AS terhadap perusahaan minyak Rusia dan latihan nuklir Steadfast Noon NATO bulan ini.

Namun, Podvig enggan menghubungkan waktu pengujian tersebut dengan perkembangan geopolitik.

"Ini adalah program besar yang melibatkan banyak orang dan peralatan," kata Podivg. "Saya rasa mereka tidak akan mencoba menyesuaikannya dengan perkembangan politik tertentu saat ini — hanya saja sangat sulit."

Menurut Podvig, cara Rusia menyajikan modernisasi nuklirnya pada tahun 2018 bersifat strategis.

"Itu dibingkai sebagai respons terhadap upaya AS membangun pertahanan rudal. Menurut Presiden Rusia — dan saya pikir kepemimpinan Rusia secara umum — upaya pertahanan rudal AS dimaksudkan untuk mencegah Rusia melakukan pembalasan," ujar Podvig kepada The Moscow Times. 

Rusia, tambahnya, tampaknya melihat pertahanan rudal AS sebagai ancaman yang mampu melemahkan pencegahan strategisnya.

“Misi [Burevestnik] adalah memberi presiden Rusia kemampuan untuk mengatakan: 'kami memiliki sistem yang tidak terpengaruh oleh pertahanan rudal Anda',” kata Podvig.

 

 

(oln/tmt/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved