Korban Bully di SMPN 19 Tangsel Sempat 7 Kali Izin Tidak Masuk Sekolah, Ini Alasannya
Menurut kepala sekolah, MH sempat tujuh kali tidak masuk sekolah dengan alasan sakit sebelum akhirnya mengalami kondisi kritis dan meninggal dunia.
Ringkasan Berita:
- MH (13) tujuh kali tidak masuk sekolah dengan alasan sakit sebelum akhirnya mengalami kondisi kritis dan meninggal dunia
- MH izin sakit sejak bulan Juli
- Sekolah belum mengetahui lebih jauh jenis sakit yang dialami korban karena tidak ada surat keterangan dokter
TRIBUNNEWS.COM, SERPONG- Kepala SMPN 19 Tangsel (Tangerang Selatan), Frida Tesalonik membeberkan kondisi MH (13) yang diduga tewas akibat perundungan (bully) yang dilakukan temannya.
Menurut Frida, MH sempat tujuh kali tidak masuk sekolah dengan alasan sakit sebelum akhirnya mengalami kondisi kritis dan meninggal dunia.
Ketidakhadiran MH tercatat sejak masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), yakni Juli hingga Oktober 2025.
Baca juga: Kepsek SMPN 19 Tangsel Bantah Sekolah Tidak Perduli Kasus Dugaan Bully: Guru dan Siswa Menjenguk
"Memang menurut informasi dari wali kelasnya anak ini sering tidak masuk, izin sakit dari semenjak bulan Juli, kurang lebih ada tujuh kali," ujar Frida saat ditemui di Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (18/11/2025).
Menurut Frida, data tersebut sesuai dengan presensi yang dipegang wali kelas dan ikut diserahkan dalam proses pemeriksaan polisi.
"Tanggalnya sudah ada di situ, sudah tertuang di dalam pelaporan kami itu ketika kami ada di polres, diwawancarai, itu sudah ada di dalam absen memang izin sakit," katanya.
Frida menambahkan, ketidakhadiran MH selalu disampaikan orangtua melalui pesan singkat. Namun, pihak sekolah belum mengetahui lebih jauh jenis sakit yang dialami korban karena tidak ada surat keterangan dokter.
Nihil Laporan
Frida mengungkapakan pihaknya sejak awal telah melakukan langkah penanganan sesuai prosedur.
Awalnya, lanjut Frida Tesalonik, tanggal 20 hari yang disebut-sebut terkait insiden, tidak ditemukan tanda-tanda kejadian mencurigakan di sekolah.
Ia menyampaikan saat itu sedang melakukan supervisi di kelas, dan proses pembelajaran berlangsung sangat baik.
"Tanggal 20 tidak ada apa-apa. Pembelajaran berjalan baik, gurunya menyajikan materi dengan bagus, menggunakan proyektor dan video pembelajaran. Anak-anak interaktif dan bergembira. Sampai saya selesai supervisi, tidak ada kejadian apa pun, termasuk saat jam istirahat,” ujar Frida.
Frida mengatakan, pernyataan tersebut diperkuat wali kelas, Citra, yang menurutnya melihat kondisi kelas baik-baik saja.
Baca juga: Siswa SMPN 19 Tangsel Alami Bullying Hingga Meninggal, Menteri PPPA: Sekolah Harusnya Bisa Mencegah
Lebih lanjut, Frida terkejut ketika kemudian muncul laporan dugaan kekerasan antar siswa. Namun saat itu, mediasi langsung dilakukan bersama para orang tua.
"Kami sudah mediasi dan sudah selesai. Orang tua R (terduga pelaku) sudah mau bertanggung jawab. Saat ini kasusnya ditangani Polres, kami menunggu perkembangannya,” kata Frida.
Menanggapi pertanyaan mengenai evaluasi internal, Frida menegaskan pihaknya pasti akan berbenah.
| Update Perundungan Siswa SMP di Tangsel: Keluarga Pelaku Lepas Tanggung Jawab, Wartawan Diusir |
|
|---|
| Siswa SMPN 19 Tangsel Alami Bullying Hingga Meninggal, Menteri PPPA: Sekolah Harusnya Bisa Mencegah |
|
|---|
| Kasus Bully di SMPN 19 Tangsel, Menteri PPPA: Ini Tak Bisa Dibiarkan |
|
|---|
| Kondisi Korban Perundungan di SMPN 1 Blora, Kuasa Hukum: Sudah Masuk Sekolah |
|
|---|
| Awalnya Dikira Malas, Bocah di Palembang Ngaku Tak Sekolah karena Trauma Dibully |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/PERUNDUNGAN-DI-SEKOLAH-Suasana-SMPN-19-Kota-Tangerang-Selatan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.