Rabu, 19 November 2025

Korban Bully di SMPN 19 Tangsel Sempat 7 Kali Izin Tidak Masuk Sekolah, Ini Alasannya

Menurut kepala sekolah, MH sempat tujuh kali tidak masuk sekolah dengan alasan sakit sebelum akhirnya mengalami kondisi kritis dan meninggal dunia. 

Editor: Erik S
TribunTangerang.com - Wartakota Network/Ikhwana Mutuah Mico
PERUNDUNGAN DI SEKOLAH - Suasana SMPN 19 Kota Tangerang Selatan. Kepala SMPN 19 Tangsel (Tangerang Selatan), Frida Tesalonik membeberkan kondisi MH (13) yang diduga tewas akibat perundungan (bully) yang dilakukan temannya. 
Ringkasan Berita:
  • MH (13) tujuh kali tidak masuk sekolah dengan alasan sakit sebelum akhirnya mengalami kondisi kritis dan meninggal dunia
  • MH izin sakit sejak bulan Juli
  • Sekolah belum mengetahui lebih jauh jenis sakit yang dialami korban karena tidak ada surat keterangan dokter

TRIBUNNEWS.COM, SERPONG-  Kepala SMPN 19 Tangsel (Tangerang Selatan), Frida Tesalonik membeberkan kondisi MH (13) yang diduga tewas akibat perundungan (bully) yang dilakukan temannya.

Menurut Frida, MH sempat tujuh kali tidak masuk sekolah dengan alasan sakit sebelum akhirnya mengalami kondisi kritis dan meninggal dunia. 

Ketidakhadiran MH tercatat sejak masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), yakni Juli hingga Oktober 2025.

Baca juga: Kepsek SMPN 19 Tangsel Bantah Sekolah Tidak Perduli Kasus Dugaan Bully: Guru dan Siswa Menjenguk

"Memang menurut informasi dari wali kelasnya anak ini sering tidak masuk, izin sakit dari semenjak bulan Juli, kurang lebih ada tujuh kali," ujar Frida saat ditemui di Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (18/11/2025).

Menurut Frida, data tersebut sesuai dengan presensi yang dipegang wali kelas dan ikut diserahkan dalam proses pemeriksaan polisi. 

"Tanggalnya sudah ada di situ, sudah tertuang di dalam pelaporan kami itu ketika kami ada di polres, diwawancarai, itu sudah ada di dalam absen memang izin sakit," katanya.

Frida menambahkan, ketidakhadiran MH selalu disampaikan orangtua melalui pesan singkat. Namun, pihak sekolah belum mengetahui lebih jauh jenis sakit yang dialami korban karena tidak ada surat keterangan dokter.

Nihil Laporan

Frida mengungkapakan pihaknya sejak awal telah melakukan langkah penanganan sesuai prosedur.

Awalnya, lanjut Frida Tesalonik, tanggal 20 hari yang disebut-sebut terkait insiden, tidak ditemukan tanda-tanda kejadian mencurigakan di sekolah. 

Ia menyampaikan saat itu sedang melakukan supervisi di kelas, dan proses pembelajaran berlangsung sangat baik.

"Tanggal 20 tidak ada apa-apa. Pembelajaran berjalan baik, gurunya menyajikan materi dengan bagus, menggunakan proyektor dan video pembelajaran. Anak-anak interaktif dan bergembira. Sampai saya selesai supervisi, tidak ada kejadian apa pun, termasuk saat jam istirahat,” ujar Frida.

Frida mengatakan, pernyataan tersebut diperkuat wali kelas, Citra, yang menurutnya melihat kondisi kelas baik-baik saja.

Baca juga: Siswa SMPN 19 Tangsel Alami Bullying Hingga Meninggal, Menteri PPPA: Sekolah Harusnya Bisa Mencegah

Lebih lanjut, Frida terkejut ketika kemudian muncul laporan dugaan kekerasan antar siswa. Namun saat itu, mediasi langsung dilakukan bersama para orang tua.

"Kami sudah mediasi dan sudah selesai. Orang tua R (terduga pelaku) sudah mau bertanggung jawab. Saat ini kasusnya ditangani Polres, kami menunggu perkembangannya,” kata Frida.

Menanggapi pertanyaan mengenai evaluasi internal, Frida menegaskan pihaknya pasti akan berbenah.

“Pendidikan itu harus selalu diperbarui. Kami evaluasi agar kejadian seperti ini tidak terulang, meskipun kami belum tahu kronologi sebenarnya,” ujarnya.

Ia memastikan sekolah telah menjalankan SOP, termasuk membuat surat pernyataan tanggung jawab dari pihak Rifki, serta melaporkan seluruh proses kepada Dinas Pendidikan.

Terkait pemanggilan pihak Polres Tangerang Selatan, kepala sekolah menegaskan bahwa sekolah bersikap kooperatif.

“Saya sudah memenuhi panggilan pada hari Senin. Guru dan wali kelas juga. Tidak ada masalah, kami kooperatif,” katanya.

Frida membantah sekolah tidak peduli, ia menyampaikan pihaknya aktif mengikuti perkembangan kondisi korban sejak awal.

Baca juga: Kasus Bully di SMPN 19 Tangsel, Menteri PPPA: Ini Tak Bisa Dibiarkan

“Kami datang ke rumah almarhum, juga ke Rumah Sakit Fatmawati. Kami berkali-kali menanyakan kondisi Hisyam. Guru dan beberapa siswa juga ikut menjenguk,” ucap Frida.

Ia menambahkan baik pelaku maupun korban adalah murid yang mendapat perhatian sama dari pihak sekolah. Bahkan, wali kelas selalu rutin menanyakan kondisi siswa melalui catatan manual dan pemantauan kelas.

Ketika ditanya apakah ada laporan perundungan lain, kepala sekolah menegaskan tidak ada laporan yang diterima.

Pihak sekolah berharap peristiwa ini menjadi pembelajaran besar.

“Harapannya sekolah ini semakin baik. Banyak pembelajaran bagi anak-anak, guru, dan kami sebagai kepala sekolah,” ujarnya.

Saat ini, sekolah menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada penyidik Polres Tangerang Selatan.

“Kami memberikan ruang bagi penyidik. Kami menunggu hasilnya, semoga ada titik terang,” tutupnya.  (Tribun Tangerang/Kompas.com)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribuntangerang.com dengan judul Kepsek SMPN 19 Tangsel Ungkap Cerita di Balik Mediasi hingga Kasus Dugaan Bullying Muhammad Hisyam

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved