Sabtu, 22 November 2025

Derita Buruh Brebes di Ternate: 12 Jam Kerja, Upah Rp160 Ribu Masih Dipotong

9 warga Brebes dipaksa kerja 12 jam di Halmahera, digaji Rp160 ribu yang ironisnya masih dipotong.

Editor: Glery Lazuardi
Tribun Jateng/Hermawan Handaka
ILUSTRASI BURUH - Sembilan buruh asal Brebes jadi korban perbudakan modern di Halmahera, dipaksa kerja 12 jam dengan upah minim. 

Ringkasan Berita:
  • Sebanyak sembilan warga Brebes, Jawa Tengah, menjadi korban perbudakan modern di Halmahera Tengah, Maluku Utara. 
  • Mereka dipaksa bekerja lebih dari 12 jam sehari di sektor konstruksi dengan upah Rp160 ribu per hari yang masih dipotong untuk biaya mess dan makan. 
  • Kondisi ini membuat para pekerja terlantar di Ternate, hingga harus tidur di pelataran ruko karena kehabisan uang. 
  • Pemerintah Kabupaten Brebes bersama Baznas dan Pemprov Maluku Utara kini menyiapkan proses pemulangan para korban.
 

TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak sembilan warga Brebes, Jawa Tengah menjadi korban perbudakan di Kota Ternate, Maluku Utara.

Perbudakan di era modern adalah praktik eksploitasi manusia yang merampas kebebasan seseorang melalui ancaman, pemaksaan, penipuan, atau penyalahgunaan kekuasaan, meski sistem perbudakan resmi telah dihapuskan secara hukum internasional.

Mereka dipaksa bekerja lebih dari 12 jam setiap hari.

Setelah bekerja, mereka hanya menerima upah Rp160 ribu yang ironisnya masih dipotong. 

Praktik kerja paksa ini menyeret sembilan warga Brebes dalam jeratan perbudakan modern yang merampas hak dan martabat mereka.

Hal itu diungkap Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Brebes, Warsito Eko Putro.

"Pekerja ini korban perbudakan moderen di Halmahera Tengah Maluku Utara,” kata dia, pada Kamis (20/11/2025).

Awal Mula Terungkapnya Warga Jadi Korban Perbudakan

Sejumlah pekerja asal Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dikabarkan terlantar di Kota Ternate, Maluku Utara. 

Para pekerja yang berjumlah delapan orang sudah terlantar sejak sepekan terakhir. 

Mereka berangkat sejak Oktober 2025, atas ajakan seorang temannya dan dijanjikan bekerja sebagai helper di bidang kontruksi. 

Mereka dijanjikan upah sebesar Rp 160.000 per hari, dibayar setiap bulan. Akan tetapi, saat pembayaran mereka tidak mendapatkan gajih secara utuh sesuai yang dijanjikan.

"Sudah sempet kerja selama sebulan, saat mau gajian, tau-tau ada potongan tanpa ada pemberitahuan."

"Potongannya Rp 2.300.000, belum lagi ada potongan lain. Kerjanya kaya robot," ujar Aji Subondo salah satu korban terlantar dari Desa Pakijangan saat dikonfirmasi, pada (11/11/2025). 

Akibat banyaknya potongan, Aji menyebut, tidak mencukupi untuk biaya hidup lataran harga yang serba mahal. 

"Nasi bungkus aja Rp.30.000 mas sebungkus, beli satu terus makan berdua. Kadang makan sehari cuman dua kali," ungkapnya. 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved