Konflik Rusia Vs Ukraina
Trump Tanggapi Uji Coba Rudal Nuklir Rusia: Kami Punya Kapal Selam Nuklir Diparkir di Dekat Mereka
Rusia menggembor-gemborkan keberhasilan uji coba rudal balistik terbarunya, Trump lalu menanggapi bahwa ia memiliki kapal selam nuklir di dekat Rusia.
Ringkasan Berita:
- Rusia menggembor-gemborkan keberhasilan uji coba rudal balistik terbarunya
- Sehari setelahnya, Donald Trump menanggapi bahwa ia memiliki kapal selam nuklir di dekat Rusia
- Juru bicara Kremlin memastikan uji coba rudal itu tidak akan merusak hubungan antara Rusia dan AS
TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan bahwa ia memiliki kapal selam nuklir yang diparkir di suatu tempat dekat Rusia.
Pernyataan itu disampaikan setelah Moskow menggembar-gemborkan keberhasilan uji coba rudal jelajah bertenaga nuklir terbaru dengan jangkauan tak terbatas.
“Mereka tahu kita memiliki kapal selam nuklir — yang terhebat di dunia — tepat di lepas pantai mereka,” kata Trump kepada wartawan di Air Force One saat kunjungannya ke Asia, Senin (27/10/2025), dilansir Business Insider.
Trump menyoroti kapal selam siluman Amerika sebagai opsi serangan fleksibel yang dapat mengenai target di mana pun.
“Tidak harus menempuh jarak 8.000 mil,” ujarnya.
Trump menambahkan,“Rusia tidak main-main dengan kami. Kami juga tidak main-main dengan mereka. Kami terus menguji rudal.”
Uji Coba Rudal Burevestnik Rusia
Sehari sebelumnya, Minggu (26/10/2025), Kepala Staf Umum Rusia, Valery Gerasimov, mengatakan bahwa Moskow telah melakukan uji coba rudal jelajah bertenaga nuklir Burevestnik yang menempuh jarak 14.000 kilometer.
Dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Gerasimov menyebut rudal tersebut mengudara selama 15 jam, namun diyakini dapat terbang lebih lama.
Ia menambahkan, rudal Burevestnik mampu menerobos sistem pertahanan udara, mengutip laporan kantor berita pemerintah Tass.
Senjata ini digambarkan memiliki jangkauan terbang tak terbatas.
Rudal 9M730 Burevestnik, yang diidentifikasi NATO sebagai SSC-X-9 Skyfall, merupakan rudal jelajah eksperimental berkemampuan nuklir.
Rudal ini termasuk salah satu dari enam “senjata super” yang diumumkan Putin pada tahun 2018, ditenagai oleh reaktor nuklir mini yang secara teori memberikan jangkauan tanpa batas.
Baca juga: Seputar Rudal Burevestnik Bertenaga Nuklir Terbaru Rusia: Benarkah Tak Bisa Ditangkis NATO?
Uji coba sebelumnya sering gagal, menjadikan keberhasilan kali ini perkembangan penting, meski para ahli meragukan kemampuan dan nilai strategisnya.
Banyak analis menilai kemunculan rudal ini dapat memicu kekhawatiran baru dalam rezim pengendalian senjata.
“Rudal jelajah bertenaga nuklir Rusia (9M730 Burevestnik/SSC-X-9 Skyfall) bukannya tak terkalahkan,” tulis pakar pengendalian senjata Jeffrey Lewis di media sosial pada Senin.
"Itu hanyalah rudal jelajah subsonik (~260 m/s). Pesawat NATO bisa mencegatnya.”
Lewis menambahkan, Burevestnik adalah “langkah lain dalam perlombaan senjata yang tidak menguntungkan kedua pihak.”
Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa uji coba tersebut tidak dimaksudkan untuk memperburuk hubungan yang sudah tegang antara AS dan Rusia.
Trump dan Isu Kapal Selam Nuklir
Ini bukan pertama kalinya Trump menyinggung kapal selam nuklir AS sebagai respons terhadap aktivitas militer Rusia.
Pada Agustus lalu, Trump mengatakan, ia memerintahkan dua kapal selam nuklir AS untuk mengambil posisi strategis setelah merasa terprovokasi oleh pernyataan Dmitry Medvedev, mantan presiden Rusia yang kini menjabat wakil ketua Dewan Keamanan.
Kapal selam Angkatan Laut AS dikenal sangat rahasia.
Washington jarang mengungkapkan lokasi mereka kecuali untuk mengirim pesan politik atau militer kepada lawan.
Semua kapal selam Angkatan Laut AS bertenaga nuklir, tetapi hanya kapal selam rudal balistik (SSBN) yang mampu meluncurkan rudal Trident II berhulu ledak nuklir.
Kapal selam rudal balistik kelas Ohio secara rutin berpatroli di lautan dunia sebagai bagian dari sistem pencegahan strategis AS.
Trump tidak merinci jenis kapal selam yang dimaksud berada di dekat Rusia selain menyebutnya “kapal selam nuklir.”
Menlu Rusia Lavrov Sebut Ada Kemajuan Nyata dalam Hubungan Rusia-AS
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan pada Selasa (28/10/2025) bahwa terdapat “kemajuan nyata” dalam hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat.
Ia juga menyebut pertemuan tingkat presiden di masa depan berpotensi menghasilkan hasil yang konkret, Anadolu Ajansı melaporkan.
Baca juga: Dari Kenya hingga Kuba, Intel Rusia Rekrut Tentara Asing dengan Iming-iming Uang dan Kewarganegaraan
Berbicara dalam Konferensi Internasional Minsk ke-3 tentang Keamanan Eurasia di ibu kota Belarus, Lavrov menyatakan bahwa dialog yang kembali terjalin antara kedua negara menjadi faktor utama di balik kemajuan tersebut.
“Kemajuan dalam hubungan ini terlihat, tetapi sejauh ini terutama karena dialog telah dilanjutkan,” ujar Lavrov.
Terkait prospek pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump, Lavrov menegaskan bahwa Moskow menginginkan jaminan hasil nyata dari pertemuan tersebut.
“Kami juga membutuhkan jaminan bahwa pertemuan presidensial akan menghasilkan hasil yang konkret. Kami siap untuk itu,” tegasnya.
Pertemuan Putin–Trump di Budapest Dibatalkan
Pertemuan puncak yang sedianya akan digelar bulan ini di Budapest dibatalkan, setelah sebelumnya kedua pemimpin terakhir bertemu di Alaska pada bulan Agustus.
Lavrov menyatakan harapan bahwa kebijakan AS akan bergeser ke arah penyelesaian damai konflik Ukraina.
Menurutnya, Trump menginginkan perdamaian yang berkelanjutan dan tidak mendukung penggelontoran senjata dan uang ke Ukraina, yang menurutnya dapat berdampak positif terhadap proses perdamaian.
“Saya berharap logika yang dianut AS — logika membangun perdamaian abadi — pada akhirnya akan menang,” kata Lavrov.
Pembicaraan START III Masih Terhenti
Soal topik pengendalian senjata strategis, Lavrov mengungkapkan bahwa pembahasan perpanjangan Perjanjian START III atau Strategic Arms Reduction Treaty masih terhenti.
“Pembicaraan mengenai perpanjangan START III telah lama tidak dibahas,” ujarnya.
Mengutip Arms Control Association, Perjanjian START III bukanlah perjanjian yang ditandatangani secara resmi, melainkan kerangka kerja yang diusulkan untuk mengurangi persenjataan nuklir Amerika Serikat dan Rusia setelah kegagalan negosiasi START II.
Kesepakatan ini dicapai secara prinsip pada tahun 1997 dan bertujuan untuk mengurangi jumlah hulu ledak strategis yang dikerahkan menjadi antara 2.000 hingga 2.500 unit.
Pengurangan tersebut, direncanakan dilakukan melalui pemotongan besar-besaran dan penghancuran langsung hulu ledak nuklir, bukan sekadar penonaktifan sistem pengiriman seperti rudal atau peluncur.
Namun, negosiasi akhirnya gagal dan kerangka kerja tersebut tidak pernah difinalisasi menjadi perjanjian resmi.
Lavrov menambahkan bahwa Rusia masih menunggu tanggapan resmi dari AS terhadap inisiatif Moskow untuk memperpanjang perjanjian tersebut, “agar mereka juga secara sepihak mematuhi indikator kuantitatif yang tercantum dalam perjanjian START Baru.”
Namun, ia menekankan bahwa pembuatan perjanjian baru untuk menggantikan START III akan memerlukan “atmosfer yang secara fundamental berbeda dalam hubungan Rusia–Amerika.”
Lalu Lintas Udara dan Isu Sanksi
Lavrov juga menyinggung belum dibukanya kembali lalu lintas udara langsung antara Rusia dan AS.
“Sejauh ini, dari percakapan kami dengan rekan-rekan Amerika, kami merasa bahwa ini bukan prioritas mereka,” katanya.
Ia turut menilai, pencabutan sebagian sanksi terhadap maskapai Belarus Belavia sebagai “kisah licik,” karena hanya melibatkan pengecualian terbatas dari rezim sanksi yang berlaku.
Baca juga: 5 Populer Internasional: Agresi Israel di Timur Tengah Belum Reda - Putin Bertemu Menlu Korea Utara
Barat Dituding Ingin Pisahkan Asia Tengah dari Rusia
Menutup pidatonya, Lavrov menuduh negara-negara Barat tengah berupaya memisahkan kawasan Transkaukasia dan Asia Tengah dari pengaruh Rusia.
“Kecenderungan semacam itu akan kami tekan dengan segala cara yang tersedia — diplomatik, politik, dan ekonomi, tentu saja,” tegasnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Konflik Rusia Vs Ukraina
Meaningful
Rusia
rudal nuklir
Donald Trump
Moskow
Valery Gerasimov
Vladimir Putin
Rudal Burevestnik
Konflik Rusia Vs Ukraina
| Putin Bertemu Menlu Korea Utara di Moskow, Bahas Kerja Sama Militer dan Politik |
|---|
| Rusia Mulai Produksi Massal Jet Tempur Siluman Su-57 untuk Lawan F-22 AS dan F-35 NATO |
|---|
| Rudal Burevestnik Rusia: Bertenaga Nuklir, Diklaim Mampu Tembus Sistem Pertahanan Udara Manapun |
|---|
| Rusia Beringas ke Ukraina Seusai Ditekan AS, Kiev Mandi Serangan Ratusan Drone dalam Semalam |
|---|
| Rusia Jajal Rudal Nuklir Burevestnik: Putin Busungkan Dada, Trump Bilang AS Punya yang Lebih Hebat |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.