Tribunners / Citizen Journalism
Anomie di Ende: Penganiayaan dan Penikaman sebagai Cermin Ketimpangan Sosial
Dua kasus pembunuhan di Ende bongkar retaknya norma sosial, paradoks kota pelajar yang kehilangan arah
Korban kemudian bangun dan melarikan diri ke arah lorong samping pangkas rambut. Tak berhenti, penganiaya terjadi di lokasi ketiga di Jalan Prof W Z Yohanes tepatnya di lorong samping pangkas rambut.
Pelaku saat itu memukul wajah korban dengan menggunakan kepalan tangan kanan dan kiri secara berulang kali. Korban saat itu sudah posisi tersungkur di tanah hingga akhirnya seorang pria bernama Ferdinand Antonuis Rago datang dan menarik pelaku sehingga pelaku berhenti memukul korban.
Selanjutnya korban pun dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Korban akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit.
Kasus kedua, hanya berselang delapan hari satu lagi warga Ende ditikam hingga meregang nyawa. Peristiwa tragis ini terjadi pada Selasa (4/11/2025) sekitar pukul 23.39 WITA di Jalan Wirajaya, Kota Ende.
Berdasarkan berita pada laman Tribunnews (5/11/2025) dijelaskan bahwa seorang pemuda berusia 25 tahun bernama Fransiskus Ndae tewas ditikam oleh Arnoldus Valentino Woge alias AVW (19).
Kejadian berawal saat dua saksi, FT (20) dan KM (22), sedang makan di sebuah warung di depan Akper Ende. Usai makan, keduanya berboncengan menuju kos milik korban, Fransiskus Ndae (FN), 25 tahun, di Jalan Marilonga. Namun, setibanya di depan SD Onekore, keduanya dihadang oleh orang tak dikenal (OTK) dan dipukul.
Kedua saksi sempat meminta maaf lalu melanjutkan perjalanan ke kos korban. Mereka kemudian menceritakan kejadian itu kepada korban FN.
Mendengar cerita tersebut, korban bersama kedua saksi berjalan kaki menuju lokasi kejadian untuk memastikan.
Saat tiba di depan SD Onekore 1, mereka melihat sekelompok anak muda duduk di depan patung pelajar. Karena merasa tidak aman, mereka memutar arah melewati SMAN 1 Ende menuju Jalan Wirajaya.
Di lokasi tepat di samping tembok SDK Ursula Ende, tiba-tiba dua pelaku datang dan mendorong korban hingga terjadi perkelahian.
Salah satu pelaku kemudian mengeluarkan pisau, membuat kedua saksi melarikan diri ke arah Kompi C. Ketika kembali ke lokasi, saksi mendapati korban sudah bersandar di tembok TK Kartika dengan luka tusuk di bagian dada.
Korban kemudian dibawa ke RSUD Ende menggunakan mobil patroli Kompi C, namun nyawanya tidak tertolong.
Kota Pelajar Bukan Hanya Jargon
Kedua insiden ini bukan sekadar kejahatan biasa—mereka adalah cermin kegagalan sosial yang lebih dalam.
Melalui lensa teori anomie Émile Durkheim, kita bisa melihat bagaimana norma-norma masyarakat yang dulu kokoh kini retak, meninggalkan individu tanpa arah, seperti kapal tanpa kemudi di lautan ganas.
Ende, sebagai kota pelajar yang terkenal dengan beberapa sekolah menengah pertama hingga menengah atas ternama serta memiliki beberapa perguruan tinggi favorit, seharusnya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan pembentukan karakter generasi muda.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
| Hakim Ragukan Jawaban Saksi Perwira Piket saat Prada Lucky Dicambuk: Masa Tidak Tahu |
|
|---|
| Berkat Binaan Bripka Gede Suta, Warga Desa Benu Kini Hidup Lebih Tenang dan Sejahtera |
|
|---|
| Agar Tidak Jadi Pengangguran Gen Z Harus Buka Ruang Kolaborasi |
|
|---|
| Miss Earth 2019 Lirabica Kecam Pembantaian Anjing di Ruteng NTT |
|
|---|
| BPDP: Sekitar 15 sampai 20 Persen Tenaga Kerja Panen Sawit Berasal dari NTT |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.